Ribuan Sapi Perah di Pangalengan Jabar Terserang PMK

CNN Indonesia
Rabu, 08 Jun 2022 12:43 WIB
Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Jabar mencatat, per Selasa (7/6), 2.658 ekor sapi yang terpapar penyakit mulut dan kuku. Sebagian besar adalah sapi perah. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Bandung, CNN Indonesia --

Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Bandung mencatat, per Selasa (7/6), 2.658 ekor sapi terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK) di wilayahnya. Jumlah ini meningkat drastis dalam sebulan terakhir.

Berdasarkan data yang dihimpun Distan Kabupaten Bandung, pada pertengahan Mei lalu, hanya ada 17 ekor sapi yang terkena PMK. Namun, berdasarkan laporan terkini dari komunitas ternak sapi, jenis sapi perah menjadi penyebaran tertinggi dengan jumlah mencapai 2.031 ekor.

Jumlah ini paling banyak ditemukan di dua komunitas yakni PT Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) dan dan Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. Total keseluruhan di Kabupaten Bandung, ada 65 ekor sapi yang mati dan 47 di antaranya dipotong.

"Di UPBS sendiri terdapat sekitar 4.000 ekor sapi dengan serangan PMK sekitar 400 ekor. Untuk KPBS populasinya mencapai 13 ribu ekor dengan serangan PMK sekitar 1.195 ekor," kata Kepala Distan Kabupaten Bandung Tisna Umaran, Selasa (7/7).

Dari 1.195 ekor sapi yang terpapar PMK, sebanyak 414 di antaranya dinyatakan masih aktif dan 704 membaik. Selain itu, terdapat juga 37 ekor sapi yang mati dan dikuburkan. Kemudian, 39 ekor sapi yang dipotong karena kondisinya sudah parah.

Untuk menekan penyebaran lebih luas, dua komunitas sapi perah di Pangalengan, UPBS dan KPBS menyurati Kementerian Pertanian untuk vaksinasi ternak sapi.

"Dari UPBS sudah memohon 19.500 ampul untuk vaksin di KPBS 13 ribuan. Kalau dari dua komunitas sapi perah ini bisa dipenuhi, saya kira beban di Kabupaten Bandung ini relatif lebih ringan," ujar Tisna.

Selain itu, pihak Pemkab Bandung juga menggeser anggaran untuk untuk pengadaan antibiotik dan vitamin hewan ternak. "Bila diperlukan kami mengajukan anggaran ke BTT (belanja tidak terduga)," ucap Tisna.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jawa Barat, saat ini wabah PMK di wilayah Jabar sudah menyerang hewan ternak berjenis sapi perah.

Kepala DKPP Jabar Arifin Soedjana mengatakan, sapi perah yang terpapar PMK di wilayah Jabar berasal dari Jawa tengah dan Jawa Timur.

"Jadi, memang sifat PMK ini penularannya cukup masif di antara ternak. Kemudian yang kedua, manusia sebagai media bisa cepat menularkan bisa dari baju, dari wadah," katanya.

Arifin juga mengatakan, terkait kasus di Pangalengan, rata-rata hewan yang terkena PMK adalah terduga atau suspek.

"Kalau disebutkan ada seribu, berdasarkan laporan dari Kabupaten Bandung, untuk sapi perah sudah ada yang terduga (PMK). Jadi karena sentranya ada di KPBS, yang seribunya dari KPBS," tuturnya.

Sementara itu, total sapi perah yang terpapar PMK di Jabar jumlahnya mencapai 7.000 ekor. "Kalau untuk kematian di Jawa Barat, 107 yang mati itu ada sapi potong ada sapi perah. Kemudian yang dipotong bersyarat ada 116, sehingga dijumlah ada 223 yang mati. Datanya dari sistem informasi kesehatan nasional," ujarnya.

Untuk menekan penyebaran PMK semakin meluas, Arifin menuturkan pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan dinas pertanian kabupaten/kota. "Satgas juga sudah bekerja, bantuan obat dan vitamin sudah disampaikan. Peralatan APD, lain-lain juga sudah," ucapnya.



(hyg/sfr)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK