Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan rasio kredit dari perusahaan swasta RI masih jauh lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Thailand.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF Kemenkeu Abdurohman mengatakan rasio kredit perusahaan swasta di Indonesia hanya 44 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara, rasio kredit perusahaan swasta di Malaysia mencapai 134 persen terhadap PDB. Bahkan, rasio di Thailand tembus 160 persen terhadap PDB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Total aset sektor keuangan dari sisi PDB masih jauh di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand," ungkap Abdurohman Indonesia Economic Prospects (IEP) Launch, Rabu (22/6).
Abdurohman mengatakan beberapa negara yang memiliki sumber daya alam melimpah memiliki tantangan untuk mengembangkan sektor keuangan. Hal ini tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga Arab Saudi dan Brazil.
"Arab Saudi rasio kredit (swasta) terhadap PDB masih 60 persen. Brazil juga bergantung pada sumber daya alam, rasio kredit hanya sekitar 50 persen terhadap PDB," terang Abdurohman.
Lebih lanjut, Abdurohman menjelaskan tingkat literasi keuangan di Indonesia masih di bawah 40 persen. Angka itu lagi-lagi cukup rendah dibandingkan negara lain.
"Sehingga rendahnya tingkat literasi keuangan menyebabkan rendahnya akses terhadap layanan keuangan serta fungsi intermediasi keuangan," ujar Abdurohman.
Kemudian, jumlah tabungan nasional di Indonesia juga masih rendah. Hal ini lantaran tak ada peraturan wajib untuk memiliki rekening di bank seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia.
Di sisi lain, kasus penipuan yang terjadi di industri asuransi membuat masyarakat kurang percaya dengan sektor keuangan di Indonesia.
Selama tak ada kepercayaan dari masyarakat, maka sektor keuangan akan sulit berkembang. Hal itu akan membuat masyarakat malas menabung di bank atau memiliki polis asuransi.
"Saya kira tantangan-tantangan ini harus diurus terlebih dahulu karena satu dan lainnya berkaitan," pungkas Abdurohman.