Hal itu disampaikan Jokowi saat menghadiri KTT G7 sesi working lunch dengan topik perubahan iklim, energi, dan kesehatan, di Elmau, Jerman, Senin (27/6).
"Terutama peluang investasi di sektor energi bersih di Indonesia, termasuk pengembangan ekosistem mobil listrik dan baterai litium," ujar Jokowi seperti dikutip dari keterangan resmi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jokowi, potensi Indonesia sebagai kontributor energi bersih, baik di dalam perut bumi, di darat, maupun di laut, sangat besar. Untuk itu, Indonesia membutuhkan investasi besar dan teknologi rendah karbon untuk mendukung transisi menuju energi bersih yang cepat dan efektif.
Jokowi mengungkapkan Indonesia membutuhkan setidaknya US$25 miliar-US$30 miliar atau sekitar Rp370 triliun-Rp444 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS) untuk transisi energi 8 tahun ke depan.
"Transisi ini bisa kita optimalkan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, membuka peluang bisnis, dan membuka lapangan kerja baru," ujarnya.
Lebih lanjut, Jokowi juga menyampaikan risiko perubahan iklim sangat nyata di Indonesia dan juga di negara-negara berkembang lainnya.
Lihat Juga : |
Terlebih, Indonesia adalah negara kepulauan dengan 17 ribu pulau. Risikonya bukan hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga membuat petani dan nelayan dalam kesulitan.
"Dukungan semua negara G7 di Presidensi Indonesia di G20 sangat kami harapkan. Sampai bertemu di Bali. Terima kasih," pungkasnya.