Argon Group, salah satu kelompok perusahaan yang selama ini dikenal sebagai distributor terbesar produk farmasi dan alat kesehatan, saat ini tengah melirik bisnis produksi alat kesehatan.
Direktur Utama Argon Group Krestijanto Pandji mengatakan untuk melaksanakan mimpi ini perusahaannya telah mendirikan PT Deca Metric Medica pada 2020 lalu. Selain itu, pihaknya juga telah mendirikan pabrik di Jababeka 2 supaya mimpi itu bisa terwujud.
"Pabrik ini sudah tahap penyelesaian, Januari (2023) sudah mulai operasional," katanya di Jakarta, Kamis (30/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan perubahan strategi usaha tersebut dilatarbelakangi oleh tingginya impor alat kesehatan di RI.
"Alat suntik, sarung tangan bedah, kain kasa, pembalut, jarum suntik, kapas, alat pengumpul sampel darah, masker medis, banyak yang belum diproduksi di dalam negeri," katanya.
Hal itu katanya sangat ironis. Apalagi, kalau melihat jumlah alokasi belanja kesehatan di APBN 2022 yang mencapai Rp255,3 triliun.
Selain itu, ia menambahkan keputusan untuk menambah fokus area bisnis perusahaan juga dilatarbelakangi tren belanja kesehatan masyarakat Indonesia yang selama periode 2013-2021 kemarin meningkat terus. Saat ini memang pengeluaran kesehatan masyarakat Indonesia memang baru mencapai US$120 per kapita per tahun.
Pengeluaran masih lebih kecil jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah US$437 dan Singapura yang sudah US$2.856.
Tapi, pihaknya yakin ke depan pengeluaran itu akan meningkat.
"Jadi potensinya memang masih sangat besar. Ini yang kita mau manfaatkan," katanya.
Ia berharap dengan langkah tersebut, total transaksi alat kesehatan dalam e-katalog pengadaan barang dan jasa pemerintah sebesar 7,46 triliun, manfaatnya tidak habis untuk belanja barang impor.
"30 persen dari transaksi di e-katalog memang kita pegang, tapi itu barang impor, margin yang kita dapat kecil. Kalau barang kita produksi sendiri, marginnya bisa lebih besar," katanya.