Menteri ESDM soal Tawaran Putin Bangun Nuklir di RI: Lihat Nanti

CNN Indonesia
Senin, 04 Jul 2022 17:33 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut tawaran kerja sama bilateral pembangunan nuklir juga datang dari beberapa negara selain Rusia.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut tawaran kerja sama bilateral pembangunan nuklir juga datang dari beberapa negara selain Rusia. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri ESDM Arifin Tasrif merespons ketertarikan perusahaan energi Rusia mengembangkan industri pembangkit listrik tenaga nuklir di Indonesia, seperti disampaikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.

Namun, ia mengatakan tawarkan kerja sama bilateral serupa bukan hanya dari Rusia saja, tetapi juga beberapa negara lainnya.

"Kami lihat nanti mana yang kompetitif dan reliable. Kebutuhan untuk nuklir baru akan dimulai tahun 2040 berdasarkan peta jalan energi yang telah kami susun," ujarnya seperti dikutip dari Antara, Senin (7/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arifin menerangkan Indonesia memiliki bahan baku yang dibutuhkan untuk pengembangan setrum nuklir dan permintaan listrik bersih ke depan. Ia menekankan agar permintaan listrik harus aman dan teknologi nuklir juga harus proven (terbukti).

Menurutnya, dalam waktu 20 tahun ke depan banyak negara juga akan menerapkan dan memanfaatkan teknologi nuklir. Artinya, teknologi nuklir akan semakin terbukti aman.

Terpisah, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai tawaran kerja sama pengembangan industri nuklir dari Rusia layak diterima oleh Indonesia.

"Berdasarkan pengalaman, kompetensi, dan keandalan teknologi yang dimiliki oleh Rosatom, tawaran Putin untuk mengembangkan PLTN di Indonesia layak diterima," terang dia.

PLTN merupakan pembangkit listrik daya thermal yang menggunakan reaktor nuklir dengan uranium sebagai bahan utama untuk menghasilkan listrik. PLTN juga termasuk energi bersih yang dapat melengkapi bauran energi baru terbarukan pembangkit listrik di dalam negeri.

Fahmy menjelaskan PLTN sekaligus dapat mengatasi kelemahan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang tidak dapat memasok listrik secara penuh sepanjang waktu. Sebab, sifat PLTS dan PLTB itu intermittent alias bergantung cahaya matahari dan hembusan angin.

Ia mengingatkan sebelum kerja sama Indonesia dan Rusia direalisasikan, pemerintah, parlemen, dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir.

"KEN itu harus diubah menjadikan PLTN sebagai energi prioritas. Selain itu, pemerintah perlu melakukan kampanye publik untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap penggunaan PLTN," imbuh Fahmy.

Sebelumnya, Putin menyampaikan ketertarikan perusahaan dari negaranya untuk mengembangkan industri setrum nuklir di Indonesia.

Ketertarikan itu disampaikan usai bertemu dengan Presiden Jokowi.

Putin menyebut perusahaan energi Rusia bernama Rosatom State Corporation yang punya pengalaman, kompetensi, hingga teknologi, bersedia terlibat dalam proyek bersama pengembangan industri energi nuklir di Indonesia.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER