Pengembang properti asal China kembali mengalami masalah gagal membayar surat utang (obligasi). Shimao Group yang berbasis di Shanghai gagal membayar bunga dan pokok obligasi sebesar US$1 miliar atau setara Rp15 triliun (kurs Rp15.004 per dolar) yang jatuh tempo pada Minggu (3/7).
Mengutip CNN, ini adalah pembayaran utang pertama yang terlewatkan pada obligasi dolar oleh Shimao yang telah bergulat dengan meningkatnya tekanan keuangan selama berbulan-bulan.
Sektor real estat China kian menurun dari satu krisis ke krisis lainnya sejak 2020 ketika Beijing mulai menindak pinjaman berlebihan oleh pengembang dalam upaya untuk mengendalikan utang mereka yang tinggi dan mengekang harga rumah yang tidak terkendali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, sejumlah pengembang properti asal China juga terjebak dalam masalah utang. Pengembang properti Evergrande terjerat utang senilai US$300 miliar atau setara Rp4.293 triliun (kurs Rp14.310 per dolar). Sejak krisis ini terjadi, amarah pembeli rumah, pemasok, hingga investor mulai bermunculan.
Setelah Evergrande, pengembang properti Fantasia juga mengalami masalah serupa. Dalam pernyataannya, Fantasia Holding gagal membayar US$205,7 juta atau setara Rp2,9 triliun (kurs Rp14.255 per dolar).
Masalah ini dipicu setelah Country Garden Services Holding menambahkan Fantasia dalam perusahaannya, tetapi gagal membayar pinjaman US$107 juta.
Lihat Juga : |
Ada juga Modern Land yang tengah meminta perpanjangan waktu kepada investor untuk membayar obligasi senilai US$250 juta pada 2021 lalu.
Perusahaan juga berupaya mendapat dana segar dalam bentuk pinjaman hingga 800 juta yuan atau setara US$124 juta.
Akibat berita ini, saham Modern Land turun lebih dari dua persen di bursa efek Hong Kong. Sepanjang tahun ini, saham perusahaan sudah merosot lebih dari 45 persen.