Kemenkeu Jawab Peringatan IMF soal Tumpukan Utang RI
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menjawab peringatan Dana Moneter Internasional (IMF) terkait risiko utang negara-negara kawasan G20, termasuk Indonesia yang kian menumpuk.
IMF mendesak utang selama pandemi covid-19 yang mengalami peningkatan harus segera diselesaikan. Jangan sampai, negara G20 terlena dengan keadaan yang berujung gagal bayar.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman mengatakan kondisi utang Indonesia saat ini masih dalam batas aman. Rasio utang terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) pun masih terjaga di bawah 60 persen.
"Sehubungan dengan kondisi Indonesia terkait concern IMF tentang beban utang global, dapat kami sampaikan bahwa pengelolaan utang pemerintah dilakukan secara prudent dan berhati-hati," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Rabu (13/7).
Selain itu, pengadaan utang yang setiap tahunnya mempertimbangkan risiko pembiayaan kembali, atau kemampuan membayar utang ke depannya. Kemampuan bayar ini akan dihitung sejalan dengan perkembangan ekonomi di tahun itu.
Oleh karenanya, pembayaran utang Indonesia selalu dilakukan sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Hal ini membuktikan bahwa utang yang dilakukan pemerintah penuh perhitungan.
"Ditambah dengan upaya-upaya untuk melakukan reprofiling utang, sehingga tidak terlalu tinggi pada satu waktu tertentu. Misalnya dengan melakukan debt switch dan buyback untuk SBN dan reprofiling pinjaman luar negeri melalui debt swap dan/atau konversi pinjaman ke mata uang dengan tingkat bunga lebih lunak (loan conversion)," kata dia.
Lihat Juga : |
Pada akhir Mei 2022, utang pemerintah tercatat sebesar Rp7.002,24 triliun. Realisasi ini berkurang Rp38,08 triliun dibandingkan posisi April 2022.
Rasio utang ini terpantau ada di level 38,88 persen. Jauh di bawah rasio utang yang ditetapkan UU Keuangan Negara yakni maksimal 60 persen.
Sebelumnya, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mendesak Presiden Joko Widodo (Joki) dan China untuk membicarakan pelunasan utang negara-negara G20.
Pasalnya, Georgieva melihat makin banyak negara yang berutang besar. Ia khawatir ini akan ada kegagalan pembayaran dari utang-utang tersebut.
Oleh karenanya, Georgieva menilai sangat penting untuk mulai membahas langkah yang harus dilakukan bersama-sama untuk menekan utang di berbagai negara terutama di forum internasional seperti G20.