PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) membukukan laba bersih senilai Rp1,07 triliun pada 2021. Capaian itu naik 2,3 kali lipat atau sebesar 134 persen dari periode 2020 yang senilai Rp456,13 miliar.
Berdasarkan laporan kinerja keuangan 2021 yang diaudit Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana, Rintis, dan Rekan kenaikan tersebut didongkrak oleh besarnya volume penjaminan Jamkrindo sampai dengan periode Desember 2021 yang mencapai Rp247,61 triliun.
Selain itu, Jamkrindo mencatatkan cadangan klaim senilai Rp5,66 triliun atau naik 41 persen dari tahun sebelumnya dengan memiliki cash flow operasi positif. Pertumbuhan pencadangan klaim ini merupakan strategi perusahaan untuk memitigasi risiko dan menjaga kinerja perusahaan di tahun berikutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Pembentukan cadangan klaim yang kuat menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam menjaga service excellent pembayaran klaim kepada mitra bisnis secara tetap waktu dan tepat jumlah, sehingga dengan demikian kepercayaan dan reputasi perusahaan selalu terjaga baik dengan pengelolaan risiko bisnis yang terukur, sehat dan terkendali," kata Direktur Utama Jamkrindo Putrama Wahju Setyawan, mengutip Antara, Senin (25/7).
Ia menjelaskan, Jamkrindo mencatatkan aset pada 2021 sebesar Rp25,35 triliun, naik 33 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp19,12 triliun.
Sedangkan ekuitas tercatat Rp12,83 triliun naik sebesar 45 persen dari tahun sebelumnya Rp8,86 triliun dengan Return on Equity (ROE) sebesar 9,83 persen atau naik 89 persen dari tahun sebelumnya.
Program pemerintah menjadi motor penggerak penjaminan Jamkrindo dengan rincian penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp144,87 triliun, dan penjaminan Kredit Modal Kerja (KMK) dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp17,63 triliun.
Lihat Juga : |
Putrama menyampaikan laporan keuangan ini mencerminkan upaya Jamkrindo dalam pengembangan digitalisasi produk dan transformasi. Mulai dari transformasi manajemen sumber daya manusia, organisasi, tata kelola, manajemen risiko dan kepatuhan, sistem teknologi informasi.
Kemudian transformasi bisnis dan operasional, serta keuangan telah berkontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan, efisiensi biaya, serta menghantarkan layanan prima.
(dzu/sfr)