Inflasi Inti Singapura 4,4 Persen pada Juni, Tertinggi Sejak 2008
Singapura mencatat inflasi inti sebesar 4,4 persen pada Juni 2022. Realisasi ini menjadi yang tertinggi sejak November 2008 silam.
Inflasi inti yang tidak termasuk biaya akomodasi dan transportasi pribadi ini tercatat naik 3,6 persen dari sebelumnya.
Kenaikan harga yang lebih kuat terjadi di kategori, seperti jasa, makanan, ritel, serta listrik dan gas.
Mengutip CNA, Senin (25/7), Singapura terakhir kali melaporkan pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi pada November 2008 ketika inflasi inti mencapai 5,5 persen.
Sementara, indeks harga konsumen utama atau inflasi keseluruhan naik menjadi 6,7 persen secara year on year pada Juni ini. Angka ini melampaui 5,6 persen yang dilaporkan pada Mei.
Kemudian, inflasi makanan mencapai 5,4 persen pada Juli atau naik dari 4,5 persen pada Mei 2022 sebagai akibat dari kenaikan yang lebih besar pada harga layanan makanan dan makanan tidak dimasak.
Inflasi untuk ritel dan barang-barang lainnya juga meningkat, mencapai 3,1 persen pada Juni dari 1,8 persen pada bulan sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena biaya obat-obatan dan produk kesehatan naik, dan harga pakaian, serta alas kaki mencatat kenaikan yang lebih tajam.
Inflasi harga listrik dan gas pada Juni 2022 naik dari 19,9 persen ke 20 persen karena harga rata-rata paket listrik yang ditawarkan oleh pengecer Open Electricity Market (OEM) naik lebih cepat.
Inflasi jasa naik menjadi 3,4 persen dari 2,6 persen pada Mei karena laju kenaikan yang lebih cepat dalam biaya biaya liburan dan layanan transportasi point-to-point serta tiket pesawat.
Lalu, inflasi transportasi pribadi melonjak menjadi 21,9 persen dari 18,5 persen pada Mei di tengah kenaikan harga mobil dan biaya bensin.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengatakan inflasi inti diproyeksikan meningkat ke puncak 4 sampai 4,5 persen pada kuartal ketiga, sebelum mereda menjelang akhir tahun ini di sekitar 3,5 sampai 4 persen.
Dengan inflasi yang meningkat, MAS memperketat kebijakan moneter empat kali dalam sembilan bulan terakhir, termasuk dua gerakan di luar siklus pada Januari dan Juli.
Untuk tahun secara keseluruhan, inflasi inti diproyeksikan rata-rata antara 3 persen dan 4 persen. Sementara, inflasi utama diperkirakan antara 5 persen dan 6 persen.
"Namun demikian, inflasi global kemungkinan akan tetap tinggi karena pasar komoditas utama terus menghadapi kendala pasokan dan pasar tenaga kerja di banyak ekonomi utama tetap ketat," tambah MAS.
Selain itu, pemulihan permintaan domestik di beberapa ekonomi regional karena pembatasan covid-19 dilonggarkan juga disebut dapat meningkatkan inflasi. Oleh karena itu, tekanan kenaikan pada harga impor Singapura diperkirakan terus berlanjut.
Sebelumnya, Wakil Perdana Menteri Lawrence Wong mengumumkan paket dukungan S$1,5 miliar untuk membantu kelompok berpenghasilan rendah dan lebih rentan mengatasi kenaikan biaya.
Langkah-langkahnya termasuk pembayaran Voucher GST khusus hingga S$300 tunai untuk sekitar 1,5 juta warga Singapura serta kredit utilitas S$100 untuk semua rumah tangga Singapura.
(fby/bir)