China Evergrande gagal menerbitkan proposal restrukturisasi utang awal sesuai tenggat waktu yang ditentukan manajemen pada 31 Juli 2022.
Mengutip cnn.com, Selasa (2/8), Evergrande berencana menawarkan beberapa rincian skema restrukturisasi awal untuk utang luar negeri. Manajemen sebelumnya berjanji untuk mengumumkan hal itu dalam waktu dekat.
Bahkan, perusahaan juga mengaku proses pembuatan proposal mengalami kemajuan yang positif beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengingat ukuran dan kompleksitas grup perusahaan dan dinamika yang dihadapi, proses uji tuntas tetap berlangsung. Itu mungkin akan selesai dalam waktu dekat," ungkap manajemen.
Namun, China Evergrande rupanya tak juga menerbitkan rincian proposal restrukturisasi utang awal. Kreditur internasional juga sudah mengeluh karena tak tahu rencana perusahaan dalam membayar utang.
China Evergrande sendiri total utang hingga US$300 miliar atau Rp4.400 triliun (asumsi kurs Rp14.800 per dolar AS). Perusahaan telah gagal membayar utang (default) pada Desember 2021 lalu.
Setelah itu, manajemen terus berjuang untuk mengumpulkan uang tunai demi membayar utang ke kreditur, pemasok, dan investor.
Bahkan, Pemerintah China ikut intervensi dalam membimbing China Evergrande melalui restrukturisasi utang.
Hal ini karena perkembangan bisnis perusahaan sangat mempengaruhi industri properti di China dan nasib karyawan yang berjumlah hingga 200 ribu orang.
Terlebih, industri properti di China memang sedang kacau saat ini. Sejak China Evergrande gagal bayar utang tahun lalu, beberapa pengembang lain seperti Kaisa, Fantasia, dan Shimao Group ikut mencari perlindungan kepada kreditur.
(idy/aud)