Pemerintah Bidik Ekonomi Tumbuh 5,9 Persen Tahun Depan

CNN Indonesia
Selasa, 02 Agu 2022 15:00 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,3 persen hingga 5,9 persen pada tahun depan.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,3 persen hingga 5,9 persen pada tahun depan. (Biro Pers Sekretariat Presiden).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,3 persen hingga 5,9 persen pada tahun depan.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi kita di 2022 ini masih optimis di 5,2 (persen) dan diharapkan di 2023 kita bisa tingkatkan antara 5,3 sampai 5,9 (persen)," ujar Airlangga dalam Mid Year 2022 Economic Outlook Bisnis Indonesia, Selasa (2/8).

Terkait target itu, Airlangga memaparkan beberapa hal yang menjadi perhatian pemerintah. Salah satunya, terkait pengendalian pandemi covid-19 dengan percepatan vaksinasi booster.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, pemerintah juga membuat kebijakan ekonomi yang tepat termasuk fiskal dan moneter, dan penciptaan lapangan kerja secara signifikan serta bertransformasi ke teknologi di digital.

Airlangga menambahkan peluang yang akan membuat pertumbuhan ekonomi meningkat adalah penangan covid-19 di Indonesia yang lebih baik dari negara lainnya. Hal ini dilihat dari jumlah kasus mingguan covid-19 di Indonesia yang lebih rendah dibandingkan negara lain, termasuk Jepang, Amerika Serikat, dan negara Eropa.

Selain itu, peluang pertumbuhan ekonomi juga berasal dari peningkatan permintaan atau konsumsi seiring dengan meningkatnya indikator utama konsumsi, investasi, dan sektor eksternal. Peluang lainnya adalah kenaikan harga komoditas global khususnya kelapa sawit dan energi.

Namun, Airlangga mengatakan Indonesia akan menghadapi sejumlah tantangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terutama dari ketidakpastian berakhirnya pandemi covid-19, ditambah munculnya varian baru.

"Kemudian persoalan geopolitik ke depan, perubahan iklim, dan tentu kita lihat juga kenaikan suku bunga (negara maju) berapa jauh itu akan bertransmisi ke dalam negeri," ujar Airlangga.

Apalagi, di tengah tantangan itu, pertumbuhan ekonomi negara lain diperkirakan menurun pada tahun ini hingga 2023. Salah satunya Amerika Serikat.

Karena penurunan itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dari 2,9 persen menjadi 2,3 persen pada tahun ini. IMF menyoroti tantangan inflasi AS yang tinggi, termasuk kenaikan suku bunga acuan bank sentralnya, The Fed.

Sementara, proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil AS pada 2023 menjadi 1 persen dari 1,7 persen yang diproyeksikan IMF sebelumnya. Angka tersebut diperoleh dari data konsumsi dan belanja yang jauh lebih sedikit.

[Gambas:Video CNN]

Dalam unggahan sebuah blog, Ekonom IMF Andrew Hodge menyebut kenaikan suku bunga The Fed, termasuk berkurangnya belanja pemerintah akan memperlambat pertumbuhan belanja konsumen.

"Perlambatan permintaan akan meningkatkan pengangguran menjadi sekitar 5 persen pada akhir 2023 nanti, yang bakal menurunkan upah," tandasnya.

Bank Dunia juga memproyeksi rata-rata pertumbuhan ekonomi negara maju melambat dari 5,1 persen pada 2021 menjadi 2,6 persen pada 2022. Angkanya akan semakin melambat menjadi 2,2 persen pada 2023.

Presiden Bank Dunia David Malpass pun mengingatkan bahaya resesi global. Ia bahkan mengatakan beberapa negara sulit menghindari resesi. "Perang di Ukraina, lockdown di China, gangguan rantai pasok, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari," ungkap Malpass, dikutip dari laman resmi Bank Dunia, beberapa waktu lalu.

(fby/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER