Namun di tengah keberhasilan itu, Putera mengambil keputusan mengejutkan bagi banyak pihak. Pada 2005, ia menjual 40 persen kepemilikan saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna ke Philip Moris International, produsen rokok asal Amerika Serikat yang memiliki keahlian memproduksi rokok putih, seperti Malboro, Virginia, Slim dan Banson & Hedge.
Padahal saat itu, kinerja HM Sampoerna cukup baik. Pendapatan bersih perusahaan masih bisa tembus Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang pada 2004.
Tak hanya itu, HM Sampoerna juga menjadi penguasa 19,4 persen pangsa pasar rokok di Indonesia. Langkah penjualan itu juga sempat menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan terhadap masa depan keluarga Sampoerna.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Maklum, HM Samperna saat dijual merupakan sumber utama pendapatan keluarga Sampoerna. Belum jelas apa yang menjadi alasan Putera Sampoerna menjual HM Sampoerna.
Yang pasti setelah mengantongi dana segar US$2 miliar atau Rp18,5 triliun dari hasil penjualan saham itu, Putera dan keluarga Sampoerna kemudian mendirikan Sampoerna Strategic Group. Kelompok usaha inilah yang kemudian menjadi kendaraan investasi baru keluarga Sampoerna.
Melalui bendera kelompok usaha ini, mereka memiliki perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi bernama Ceria, perkebunan sawit yang bernama Sampoerna Agro, perkayuan yang bernama Samko Timber dan keuangan.