Pemerintah mulai memperlihatkan ciri-ciri bakal menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi Pertalite. Hal itu tersirat lewat pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga para menteri.
Jokowi mengatakan upaya pemerintah untuk menahan harga BBM cukup berat. Jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Singapura dan Jerman, harga BBM di Indonesia masih tergolong murah.
Di Singapura harga bensin mencapai Rp27 ribu per liter. Sedangkan di Jerman, harga BBM mencapai Rp31 ribu per liter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Kita ini Pertalite Rp7.650 (per liter), Pertamax Rp12.500 (per liter). Negara lain sudah jauh sekali. Kenapa harga kita masih seperti ini ? Karena kita tahan terus, tapi subsidi makin besar. Sampai kapan kita begini? Ini PR (pekerjaan rumah) kita semua, menahan harga itu berat," kata Jokowi.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menerangkan peningkatan volume penyaluran BBM bersubsidi yang di luar kontrol dapat mengakibatkan alokasi subsidi dan kompensasi energi melebihi dari pagu anggaran APBN yang sebesar Rp502 triliun pada tahun ini.
"Meskipun APBN-nya bagus, surplus sampai Juli, tapi tagihannya nanti kalau volumenya tidak terkendali akan semakin besar di semester dua," ujar Ani sapaan akrabnya.
Mengutip data Pertamina, penyaluran bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite telah mencapai 16,8 juta kiloliter (kl) hingga Juli 2022.
Artinya kuota pertalite hingga akhir tahun hanya tersisa 6,25 juta kl dari total kuota yang ditetapkan tahun ini, yakni 23,05 juta kl.
Lalu, penyaluran BBM subsidi jenis solar telah mencapai 9,9 juta kl hingga Juli 2022. Dengan demikian, sisa kuota solar hingga akhir tahun hanya tersisa 5, juta kl dari total kuota 15,1 kl.
Secara terpisah, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyebut kemungkinan kenaikan harga pertalite terbuka mengingat harga minyak dunia sekarang ini cukup tinggi.
Bahlil menyebut harga minyak mentah saat ini jauh di atas asumsi APBN 2022 yang hanya US$63 hingga US$70 per barel.
Bahlil mengatakan pemerintah masih menghitung semua kemungkinan terkait jebolnya kuota BBM subsidi itu. Hasil perhitungan sementara menunjukkan anggaran yang dibutuhkan untuk subsidi BBM mencapai Rp500 triliun sampai dengan Rp600 triliun.
Ia menambahkan kalau ini terjadi APBN lama-lama akan bermasalah. Pasalnya anggaran Rp500 triliun hingga Rp600 triliun mencapai 25 persen dari total APBN.
"Jadi tolong teman-teman sampaikan juga kepada rakyat rasa-rasanya sih untuk menahan terus harga BBM seperti sekarang, feeling saya (tidak kuat). Ini tidak sehat. Mohon pengertian baiknya. (Jadi) harus kita siap-siap kalau katakanlah kenaikan BBM itu terjadi," tandasnya.