Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe akan memangkas pengeluaran dalam anggaran sementara yang dirilis pada Selasa (30/8). Pemangkasan dilakukan untuk pertahanan, untuk menyalurkan dana untuk kesejahteraan dan untuk membayar bunga pinjaman.
Mengutip CNA, Senin (29/8), Sri Lanka tengah berdiskusi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang paket bailout.
Negara berpenduduk 22 juta itu tengah menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948, dengan cadangan devisa jatuh, keuangan publik berantakan dan biaya barang-barang kebutuhan pokok meroket.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancaranya dengan Reuters, Ranil mengatakan, setelah dilantik sebagai Presiden, ia akan fokus pada konsolidasi fiskal yang disepakati dengan IMF.
Dia mengatakan pengeluaran akan dipotong oleh beberapa ratus miliar rupee untuk pertahanan, untuk menyalurkan dana kesejahteraan, dan untuk membayar bunga pinjaman.
Sri Lanka menargetkan pengeluaran 3,9 triliun rupee atau US$10,99 miliar dalam anggaran terakhirnya, yang disajikan pada November.
Ekonom makro di perusahaan investasi Asia Securities Lakshini Fernando mengatakan anggaran setahun penuh untuk 2023 kemungkinan akan dirilis pada November, di mana rencana pemulihan yang lebih luas akan diuraikan.
"Anggaran sementara kemungkinan akan mengarah pada defisit 9,9 persen untuk 2022, yang lebih rendah dari 12 persen sebelumnya," kata Lakshini Fernando.
"Tetapi target pengeluaran dan pendapatan akan sulit dicapai mengingat ekonomi yang mendingin dan tuntutan kesejahteraan," imbuhnya.
Tim IMF mengunjungi Sri Lanka pada pekan lalu. Mereka berharap memiliki kesepakatan tingkat staf untuk memajukan pembicaraan untuk pinjaman darurat sekitar US$3 miliar. Tim IMF juga telah membahas restrukturisasi utang Sri Lanka sekitar US$29 miliar.