Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memastikan biaya jasa logistik akan ikut naik seiring dengan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite, solar subsidi dan pertamax.
Ketua Umum ALI Mahendra Rianto mengatakan ini karena BBM berkontribusi terhadap biaya logistik. Konsumsi BBM dalam sektor logistik digunakan mulai dari barang tersebut masih bahan mentah hingga sampai ke konsumen.
Ia mencontohkan, dalam memindahkan barang mentah tersebut ke pabrik membutuhkan jasa transportasi. Lalu, setelah dari pabrik, barang tersebut akan diantar ke area distribusi, hingga ke konsumen yang semuanya membutuhkan aktivitas transportasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mau tidak mau pasti naik (biaya logistik), karena pengaruh BBM terhadap biaya supply chain dan logistik itu dari awal sampai akhir, sampai ke konsumen, atau kita sebutnya dari raw material sampai finish good, mau dia menggunakan transportasi laut, darat dan udara membutuhkan bahan bakar," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (5/9).
Meski demikian, kenaikan jasa logistik tak serta merta dilakukan. Ada masa transisi sekitar dua pekan karena pihaknya harus merumuskan biaya yang tepat dengan harga BBM baru.
"Misalnya kemarin ditetapkan, maka minggu keduanya kena (perubahan biaya logistik baru), karena pasti awal-awal masih menggunakan stok BBM lama. Yang lama habis, beli baru, maka harga baru lagi," jelasnya.
Saat ini, ALI tengah merumuskan biaya logistik dari kenaikan harga BBM tersebut.
Dalam perhitungannya biaya transportasi berkontribusi 9 persen dan biaya BBM sebesar 50 persen.
"Jadi komposisi BBM ke biaya transportasi itu sangat besar, sekitar 40-50 persen dari data BPS. Jadi begitu BBM naik, transportasi naik, dan biaya logistik naik juga. Dampaknya ke harga jual yang ditanggung oleh konsumen akhir," pungkasnya.