DBS Setop Pendanaan Proyek Batu Bara

CNN Indonesia
Rabu, 07 Sep 2022 14:56 WIB
Bank Singapura, DBS, memutuskan hengkang dari pendanaan proyek batu bara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) buntut masalah perubahan iklim.
Bank Singapura, DBS, memutuskan hengkang dari pendanaan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) buntut masalah perubahan iklim. (Roslan RAHMAN / AFP).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Singapura, DBS, hengkang dari pendanaan perusahaan batu bara karena masalah perubahan iklim. Keputusan DBS ini menyusul langkah Standard Chartered yang sudah lebih dulu menghentikan pendanaan ke perusahaan batu bara. 

Salah satu perusahaan batu bara yang dimaksud adalah PT Adaro Energy (ADRO).  Juru bicara DBS menyatakan pihaknya tidak berniat untuk memperbaharui pendanaan jika Adaro masih didominasi batu bara termal.

"Eksposur kami di anak perusahaan Adaro yang terlibat di sektor batu bara termal akan berkurang secara signifikan di akhir 2022. Kami tidak ada niat untuk memperbarui pendanaan jika entitas bisnis tersebut masih didominasi batu bara termal," ujar juru bicara DBS dalam pernyataan yang dikutip dari The Strait Times, Rabu (7/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

DBS berkomitmen untuk mengurangi eksposur batu-bara sampai dengan nol di 2039. Menurut perbankan itu, batu bara merupakan industri yang akan hilang di masa depan (sunset). Hal itu yang mendorong investor meninggalkan perusahaan batu bara.

Peneliti Trend Asia Andri Prasetiyo mengatakan keputusan institusi keuangan global tersebut menjadi pertanda buruk bagi industri batu bara yang saat ini tengah menikmati durian runtuh dari lonjakan harga emas hitam.

"Padahal Adaro menjadi salah satu perusahaan batu bara terbesar yang mendapatkan laba jumbo dari masa windfall batu bara. Namun,tetap saja hal ini tidak mampu mengurungkan niat lembaga finansial untuk segera menarik diri dan pergi," kata Andri.

Ia menambahkan, keputusan DBS dan Standard Chartered seharusnya menjadi pelajaran penting bagi industri batu bara.

"Bahwa di tengah penguatan komitmen transisi energi ke depan, terdapat indikasi momentum momentum windfall yang indah sebagaimana sedang terjadi saat ini tidak otomatis akan terus bertahan menjadi laba di masa depan. Perusahaan harus semakin serius dan segera mempercepat rencana transisinya," tambahnya.

Analisa Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan International Energy Agency memproyeksikan untuk mencapai net-zero di 2060, PLTU dengan teknologi lama di Indonesia dapat diberhentikan (phase-out) pada 2050 an.

Apalagi, Indonesia mengekspor 85 persen batu bara ke negara yang memiliki target net-zero emission.

"Permintaan batu-bara yang menurun secara drastis mengindikasikan bahwa pembiayaan ke batu bara memiliki risiko kerugian finansial yang semakin meningkat. Risiko keuangan dari investasi batu bara terlihat jelas dari keputusan lembaga keuangan global maupun regional phase out dari batu bara," jelas Nabilla Gunawan, Indonesia Campaigner di Market Forces.

Menurutnya, risiko transisi timbul karena perubahan kebijakan dalam mengurangi ketergantungan pada batu bara sebagai upaya mengurangi dampak perubahan iklim.

"Bank domestik harus segera mengambil langkah untuk menghindari potensi kerugian yang besar yang ditimbulkan dari investasi batu-bara. Mereka harus memiliki kebijakan untuk menghentikan pendanaan ke sektor batu-bara." tambahnya.

Adapun sejak 2015, total pinjaman langsung yang diberikan keempat Bank Mandiri, BCA, BNI, dan BRI untuk perusahaan batu bara dalam negeri mencapai 3,5 miliar dolar AS.

"Keputusan DBS dan bank-bank besar lainnya untuk meninggalkan Adaro merupakan sinyal kuat agar seluruh pelaku bisnis batu-bara transisi keluar dari batu-bara sekarang. Seluruh bank di Indonesia dan Asia yang serius tentang komitmen krisis iklim harus berhenti mendanai batu-bara sekarang," ujar Nabilla.

CNNIndonesia.com telah menghubungi Febriati Nadira, Head of Coorporate Communication PT Adaro Energy, terkait kabar tersebut. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini ditulis.

[Gambas:Video CNN]


Catatan Redaksi: Judul artikel ini diubah pada Jumat (9/9), setelah klarifikasi lebih lanjut dari narasumber. 

(dzu/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER