BI Sebut Ancaman Stagflasi Ekonomi RI Masih Tinggi

CNN Indonesia
Rabu, 07 Sep 2022 21:00 WIB
Bank Indonesia melihat ancaman stagflasi terhadap perekonomian akibat kenaikan harga komoditas yang masih terus berlanjut masih sangat tinggi.
Bank Indonesia melihat ancaman stagflasi terhadap perekonomian akibat kenaikan harga komoditas yang masih terus berlanjut masih sangat tinggi. ( ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto).
Jakarta, CNN Indonesia --

Bank Indonesia melihat ancaman stagflasi terhadap perekonomian akibat kenaikan harga komoditas yang masih terus berlanjut masih sangat tinggi.

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin M Juhro mengatakan saat ini harga komoditas seperti minyak masih sangat tinggi karena perang antara Rusia dan Ukraina belum menunjukkan tanda-tanda usai dalam waktu dekat.

Ia mengatakan harga komoditas yang tinggi ini tentu akan direspons dengan kenaikan suku bunga oleh sejumlah bank sentral baik di negara maju maupun berkembang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam konteks itu kenaikan harga komoditas tinggi masih di atas US$90, ini akan menjadi momok, sehingga melihat ada stagflasi. Inflasi tinggi dan respons suku bunga tinggi menekan pertumbuhan. Artinya, stagflasi akan terus mengemuka," ujarnya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom di Menara Bank Mega, Rabu (7/9).

Kondisi ini, kata Solikin menandakan bahwa ekonomi dunia sedang tidak baik-baik saja. Saat ini, situasinya penuh dengan gejolak dan ketidakpastian.

"Sudah terlihat harga komoditas, tekanan inflasi akan direspons dengan kebijakan hawkish atau lebih restricted dari kebijakan moneter," imbuhnya.

[Gambas:Video CNN]

Solikin menjelaskan jika stagflasi terjadi, maka ada tiga dampak yang terlihat ke perekonomian Indonesia. Ketiganya adalah ekspor yang melemah, volume dan harga komoditas yang meningkat, dan gangguan sektor keuangan.

Namun, Indonesia bisa sedikit bernafas, karena sampai saat ini fundamental ekonominya masih kuat di tengah banyak negara yang tumbang. Perekonomian dalam negeri bahkan bisa tumbuh di atas 5 persen pada kuartal I dan II 2022.

"Bersyukur dari Indonesia cukup resilience di masa yang sangat berat seperti ini bisa tumbuh sekitar 5,4 persen. Ini prestasi luar biasa, bahwasanya neraca pembayaran bagus, tekanan nilai tukar rupiah juga manageable, depreciated tapi terkelola lebih bagus dari negara-negara based," pungkasnya.

(ldy/agt)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER