Resesi Eropa Tak Terhindarkan Meski Ukraina Pukul Mundur Rusia

CNN Indonesia
Rabu, 14 Sep 2022 09:41 WIB
Ekonom menilai sekalipun Ukraina berhasil memukul mundur Rusia, perang berakhir, dan pasokan gas dilanjutkan, resesi Eropa tetap tak terhindarkan. (Istockphoto/darkojow).
Jakarta, CNN Indonesia --

Pasukan Ukraina baru-baru ini melancarkan serangan yang berhasil memukul mundur Rusia dan merebut kembali wilayah mereka seluas 6.000 kilometer persegi. Tetapi, apakah kemenangan itu bisa menghindari Eropa dari ancaman resesi?

Kepala Ekonom Capital Economics Neil Shearing menegaskan krisis energi yang dipicu invasi militer Rusia terhadap Ukraina sejak Februari 2022 lalu tak akan membuat Eropa menghindari resesi pada musim dingin ini.

"Saya tidak berpikir itu mungkin (menghindari resesi). Sekalipun Ukraina mendorong mundur Rusia, perang berakhir, aliran gas Rusia ke Eropa dilanjutkan, dan harga gas turun. Itu tidak akan terjadi," ujarnya dilansir CNN Business, Rabu (14/9).

Memang, harga gas alam berjangka di Eropa sudah turun nyaris 50 persen mencapai rekor baru pada akhir Agustus 2022 ini. Bahkan, pekan lalu pun, harga gas turun 20 persen ketika Ukraina maju memukul Rusia.

Namun, patut diingat, kenaikan harga gas tersebut masih 460 persen lebih mahal dibanding tahun lalu, ketika Rusia mengumumkan akan menutup jalur pipa Nord Stream 1. Krisis energi kawasan Uni Eropa belum berakhir hanya karena harga gas turun 20 persen pekan lalu.

"Kita harus memiliki kerendahan hati tentang kemampuan kita untuk memprediksi apa yang akan terjadi," ungkap Shearing.

Eropa berlomba-lomba menimbun pasokan energi agar rumah tangga dan pelaku bisnis tetap memiliki akses ke listrik dan hangat saat musim dingin nanti. Upaya ini boleh dibilang berhasil, dengan kapasitas penyimpanan saat ini mencapai 84 persen.

Masalahnya, biayanya sangat besar. Belum lagi, bantuan sosial (bansos) yang dikeluarkan negara bagi warga untuk mengurangi tekanan harga-harga. Inggris dan Jerman, misalnya yang memberi bansos lebih dari 500 miliar euro untuk subsidi tagihan energi.

Karenanya, kontraksi ekonomi dalam beberapa bulan mendatang tidak terhindarkan. Para ekonom mengingatkan output di Inggris stagnasi dalam tiga bulan hingga Juli. Sedangkan, Institut Ifo Jerman memangkas estimasi pertumbuhan ekonomi negara terbesar di Eropa tersebut.

Sebagian besar ekonom bahkan menyebut bahwa ekonomi Eropa akan terkontraksi pada tiga bulan terakhir tahun ini, dan tiga bulan pertama tahun depan. "Kami sedang menuju resesi musim dingin," terang Timo Wollmershauser, Kepala Institut Ifo Jerman.

Hal ini dikarenakan ketergantungan Eropa pada gas alam dari Rusia, meskipun telah berkurang tahun ini. Namun, harga energi yang meroket secara dramatis mengubah prospek ekonomi.

"Pengurangan pasokan gas dari Rusia selama musim panas dan kenaikan harga energi telah mendatangkan malapetaka pada pemulihan ekonomi pasca pandemi," tutur Wollmershauser.

Bahkan, ia pesimis kondisi kembali normal setidaknya sampai 2024 mendatang. Hal itu juga yang diamini oleh Presiden ZEW Achim Wambach.

Ia menegaskan bahwa prospek enam bulan ke depan akan semakin memburuk. "Prospek kekurangan energi pada musim dingin membuat ekspektasi semakin negatif, terutama untuk sebagian besar industri Jerman," tandasnya.



(bir)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK