Perusahaan fesyen ritel asal Amerika Serikat (AS), Gap, memutus hubungan kerja (PHK) dengan 500 orang karyawannya di New York, San Francisco, dan seluruh Asia.
Mengutip CNN, Rabu (21/9), perusahaan itu juga menutup lowongan kerja di kantor cabang wilayah tersebut.
The Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan berita tersebut, mengatakan PHK dimulai dalam beberapa hari terakhir dan berjumlah sekitar 5 persen dari 8.700 karyawan perusahaan Gap atau sebanyak 435 orang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berita tentang PHK datang beberapa bulan setelah Gap melaporkan penurunan pendapatan kuartal pertama, dengan penjualan yang merosot pada merek andalannya, Old Navy, yang lebih populer.
Pada Juli, perusahaan mengumumkan bahwa CEO Sonia Syngal akan mengundurkan diri setelah kurang dari tiga tahun menjabat. Dia akan digantikan oleh CEO sementara, sedangkan perusahaan mencari pemimpin tetap.
Neil Saunders, Direktur Pelaksana di GlobalData, menulis dalam catatan analis bahwa PHK cukup masuk akal dilakukan karena penjualan perusahaan yang melambat dan jejak ritel yang menyusut.
Dia menambahkan penjualan Old Navy tidak lagi sekuat dulu dalam meningkatkan keuntungan Gap.
"Secara tradisional, Gap dapat mengandalkan spanduk Old Navy untuk menutupi beberapa kelesuan di bagian lain bisnis. Namun, dengan divisi yang menderita masalah rantai pasokan dan melemahnya permintaan dari segmen keluarga, seluruh perusahaan sangat terbuka dan membutuhkan untuk mengambil tindakan lebih keras untuk menenangkan investor dan menyajikan angka yang lebih baik selama paruh kedua tahun ini," tulis Saunders.