Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak hanya berdampak pada inflasi, tapi juga berdampak pada terkereknya suku bunga perbankan.
Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama mengatakan dampak ke inflasi sudah pasti langsung terjadi. Sebab, perubahan harga BBM bakal diikuti oleh kenaikan harga barang-barang.
"Ketika harga BBM meningkat, maka akan dorong inflasi, terutama dari sisi inflasi harga yang diatur pemerintah," ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (21/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, kata Riza, kenaikan harga BBM seperti pertalite, solar dan pertamax yang dilakukan pemerintah sejak awal bulan lalu cukup tinggi sekitar 30 persen. Karenanya, lonjakan harga barang ikut terjadi dan dampaknya ke inflasi.
Kemudian, lonjakan inflasi tentu akan mendorong Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga. Tak hanya BI, bank sentral negara lain yang inflasinya tinggi ikut mengerek suku bunga.
Kenaikan suku bunga acuan BI, selanjutnya akan diikuti dengan perubahan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan di tanah air. Meski saat ini bunga bank belum terjadi peningkatan, tapi ia menilai ke depan pasti dilakukan.
"Peningkatan inflasi ini kemudian ada respon dari bank sentral, dengan menaikkan suku bunga acuannya. Disini akan ada peningkatan suku bunga, termasuk suku bunga kredit," jelasnya.
Tak hanya itu, kenaikan suku bunga akan berdampak pada peningkatan yield SBN 10 tahun, serta nilai tukar rupiah. Buktinya, saat ini rupiah terus melemah oleh tekanan kenaikan suku bunga negara lain akibat inflasi.
"Jadi ada tantangan, ada banyak faktor lain selain besaran inflasi dari kenaikan harga BBM," imbuhnya.