Pertamina Respons Dugaan Pertalite Makin Boros: Itu Persepsi
PT Pertamina (Persero) menilai tudingan pertalite makin boros usai harganya naik hanyalah persepsi masyarakat. Pasalnya, kualitas BBM beroktan 90 itu masih sama. Perusahaan juga bisa ditegur pemerintah jika menurunkan kualitasnya.
"Itu persepsi mereka. Kemarin beli literan enggak berasa, sekarang beli Rp20 ribu, Rp50 ribu. Itu efek psikologis. Secara kualitas sama, kalau beda kita disemprot (oleh pemerintah)," ujar Executive General Manager Regional Jawa Bagian Barat Waljiyanto di Integrated Terminal Pertamina, Jakarta Utara, Selasa (27/9).
Di tempat yang sama, Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengungkapkan sampel setiap BBM yang akan disalurkan ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sudah melewati proses pengujian agar standar dan mutunya sesuai dengan yang diatur oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Lihat Juga : |
"Kita tidak ada mengubah spesifikasi. Artinya kita masih on spesifikasi sesuai dengan ketentuan dari pemerintah. Sampel yang dilakukan di laboratorium itu masih masuk spesifikasi," ujarnya.
Sementara itu, Manager Integrated Terminal Pertamina Jakarta Andi Ramadhan menjelaskan Pertamina selalu melakukan pengecekan sampel BBM setelah diterima dari kilang maupun sebelum disalurkan ke SPBU. Ia mengatakan BBM yang tidak sesuai spesifikasi tidak akan diterima.
"Jadi sebelum kita terima, di kapal dan kilang diperiksa. Kalau off nggak diterima. Tujuh kali (pemeriksaan) dari kapal sama kilang sampai ke sini," ujarnya.
Sebelumnya, beberapa akun Facebook mengeluhkan kalau kualitas pertalite menurun usai harganya naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter sejak 3 September lalu. Mayoritas mengatakan bahwa kini pertalite semakin boros.
Lihat Juga : |
"Saya rasa bensin pertalite sekarang gampang menguap, lebih boros," tulis akun bernama Achmad Hartanto.
Hal serupa juga disampaikan akun bernama Nurul Lestari. Ia mengatakan pertalite lebih boros dari biasanya.
"Saya merasa juga lebih boros, Rp20 ribu cuma buat dua hari. Padahal antar jemput anak saja, sekolah dekat," kata dia.