Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono memperingatkan dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) ke inflasi kemungkinan besar masih akan terjadi di Oktober.
Data BPS mencatat kenaikan BBM memberikan dampak besar ke lonjakan inflasi selama dua bulan. Pada bulan saat kenaikan dan pasca kenaikan.
"Ini sekedar catatan dari data yang sudah kita tulis beberapa waktu lalu, bagaimana memperlihatkan saat kenaikan BBM itu dilakukan pada bulan tertentu, bisa berdampak pada bulan berikutnya," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (3/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Margo mencontohkan kenaikan BBM yang terjadi pada 17 November 2014. Saat itu pemerintah menaikkan harga BBM premium dari Rp6.500 per liter menjadi Rp8.500 per liter dan solar dari Rp5.500 per liter menjadi Rp7.500 per liter.
Pada bulan kenaikan yakni November 2014 terjadi inflasi 6,23 persen (yoy). Lalu, pada bulan berikutnya yakni Desember lonjakan inflasi masih terjadi menjadi 8,36 persen (yoy).
Dengan demikian, inflasi yang tercatat sebesar 5,95 persen (yoy) pada September ini kemungkinan berpotensi naik lebih tajam di Oktober 2022.
"Ini yang perlu hati-hati ke depan, kenaikan pada bulan yang bersangkutan memberikan dampak di bulan berikutnya," jelasnya.
Lihat Juga : |
Selain itu, BPS juga meminta pemerintah untuk mewaspadai imbas kenaikan BBM ke banyak sektor. Seperti bahan makanan, makan jadi, perumahan, listrik, gas, bahan bakar, transportasi, dan komunikasi, serta jasa keuangan.
Namun pada bulan berikutnya, imbuhnya, inflasi akan kembali melandai jika melihat data historis yang dimiliki BPS.
"Ini hanya memperlihatkan historis data kami, bahwa kenaikan BBM di bulan tertentu, dampaknya di bulan berikutnya. Tapi melihat tren, bulan berikutnya sudah kembali melandai," paparnya.