Aktivitas pabrik Korea Selatan menyusut pada September 2022. Laju penurunan paling tajam dalam lebih dari dua tahun, di tengah melemahnya permintaan global.
Dilansir dari Reuters, Selasa (4/10), survei indeks manajer pembelian (PMI) S&P Global untuk Korea Selatan tercatat turun dari 47,6 pada Agustus menjadi 47,3 pada bulan lalu.
Artinya, PMI Negeri Ginseng di bawah 50 selama tiga bulan berturut-turut. Sebagai catatan, angka PMI di bawah 50 menandakan aktivitas terkontraksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indeks juga turun selama lima bulan berturut-turut dan mencapai level terendah sejak Juli 2020. Kondisi itu menunjukkan laju kontraksi paling tajam dalam 26 bulan.
Output menyusut saat beberapa perusahaan terkena dampak topan yang melanda kawasan industri Korea Selatan.
Subindeks menunjukkan pesanan baru turun untuk bulan ketiga berturut-turut dan ekspor turun untuk bulan ketujuh, meskipun penurunan keduanya lebih kecil dari bulan sebelumnya.
Survei juga mencatat tanda-tanda penurunan dalam industri semikonduktor karena memburuknya permintaan barang membatasi sektor chip.
Tantangan dari melemahnya permintaan diperburuk oleh membaiknya kondisi rantai pasok dan tekanan harga.
Waktu pengiriman pemasok memburuk setidaknya sejak Januari 2020, sementara harga input dan output naik paling lambat sejak awal 2021.
"Secara keseluruhan, prospek langsung untuk sektor manufaktur Korea Selatan tampak suram," kata Ekonom Senior S&P Global Market Intelligence Joe Hayes.
"Faktor eksternal seperti melemahnya ekonomi global tentu akan menantang buku pesanan produsen barang, sementara juga menjaga tekanan pada won - sehingga mendorong inflasi impor - karena dolar diuntungkan dari status safe haven," ujarnya.
Kendati demikian, produsen masih tetap optimistis selama tahun mendatang untuk output, tetapi tingkat optimisme turun untuk bulan keempat ke level terlemah sejak Oktober tahun lalu.