Kementerian Perdagangan tidak khawatir pelemahan rupiah hingga ke atas level Rp15 ribu belakangan ini akan berdampak pada kinerja perdagangan Indonesia.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan keyakinan itu didasarkan pada capaian kinerja perdagangan saat ini.
Ia memaparkan kinerja perdagangan yang tercermin dari neraca perdagangan RI secara keseluruhan surplus US$34,89 miliar hingga Agustus 2022. Ia optimis hingga akhir tahun neraca dagang akan tetap surplus meski tertekan pelemahan rupiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita ini surplus, surplus kita dalam kondisi yang angkanya signifikan, di angka US$34,89 miliar, itu luar biasa, itu salah satu yang tertinggi," ujar Jerry di Kantor Kementerian Perdagangan, Selasa (11/10).
Nilai tukar rupiah sendiri dibuka berada di posisi Rp15.345 per dolar AS di perdagangan pasar spot pagi ini. Mata uang Garuda melemah 27 poin atau minus 0,18 persen dari posisi sebelumnya.
Kurs pagi ini merupakan yang terlemah sejak 20 April 2020. Kala itu, rupiah bertengger di posisi Rp15.550 per dolar AS.
Jerry mengatakan selain rupiah yang melemah, kinerja perdagangan juga masih dibayangi oleh kondisi perekonomian global yang bergejolak. Namun, sekali lagi ia tetap optimis kinerja perdagangan akan tetap surplus, bahkan melebihi rekor di 2021.
"Tahun lalu surplus hingga Desember itu US$35,34 miliar. Nah per Agustus data yang kami terima itu US$34,89 miliar. Jadi empat bulan lagi, saya yakin kalau satu bulan surplusnya US$2 miliar-US$3 miliar, kita akan melewati rekor tahun lalu," imbuhnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia surplus US$5,76 miliar secara bulanan pada Agustus 2022. Realisasi itu lebih tinggi secara bulanan dari bulan sebelumnya yang sebesar US$4,23 miliar.
Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$27,91 miliar atau naik 9,17 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$25,56 miliar. Sementara nilai impor cuma US$22,15 miliar atau naik 3,77 persen dari posisi sebelumnya yang sebesar US$21,35 miliar.
Secara rinci, kinerja ekspor ditopang oleh ekspor minyak dan gas (migas) mencapai US$1,71 miliar atau naik 25,59 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$1,37 miliar. Begitu juga dengan ekspor nonmigas terlihat naik 8,24 persen dari US$24,19 miliar menjadi US$26,19 miliar.
Berdasarkan sektor, ekspor migas naik 25,59 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan naik 16,99 persen, industri pengolahan naik 13,49 persen, serta pertambangan turun 6,66 persen.
Lihat Juga : |