China mencatat inflasi 2,8 persen (yoy) pada September 2022. Angka tersebut lebih tinggi dari laju Agustus, 2,5 persen.
Dilansir dari Reuters, Jumat (14/10), Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat indeks harga konsumen (CPI) naik lantaran lonjakan harga pangan sebesar 8,8 persen, atau di atas bulan sebelumnya yang hanya 6,1 persen.
Harga daging babi melonjak 36 persen atau meningkat dari bulan sebelumnya, 22,4 persen. Harga sayuran melonjak 12,1 persen dari kenaikan 6 persen sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Kendati demikian, inflasi inti turun dari 0,8 persen menjadi 0,6 persen.
Secara bulanan, CPI tumbuh 0,3 persen setelah jatuh 0,1 persen pada Agustus.
Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) tumbuh pada laju paling lambat sejak Januari 2021, naik 0,9 persen (yoy) dari pertumbuhan 2,3 persen sebulan sebelumnya.
Analis memperkirakan inflasi produsen melandai karena harga minyak yang lebih rendah. Survei pabrik juga menunjukkan perusahaan memberikan beberapa diskon kepada pelanggan untuk meningkatkan penjualan yang lesu.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu hampir tidak tumbuh pada kuartal II lalu. Konsultan Nomura mencatat pada 10 Oktober, 36 kota yang merupakan 13,9 persen dari populasi China dan mewakili 19,7 persen dari PDB, menerapkan berbagai tingkat penguncian atau semacam tindakan kontrol berbasis distrik.
Dengan pembatasan pandemi yang ketat, ekonom memperkirakan regulator akan meluncurkan lebih banyak pelonggaran moneter dan fiskal untuk mendukung pemulihan, meskipun mereka akan berhati-hati di tengah kekhawatiran pelarian modal.
Selasa lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 dan 2023 untuk China masing-masing menjadi 3,2 persen dan 4,4 persen.