Sementara, Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet melihat badai PHK yang terjadi di startup disebabkan oleh semakin ketatnya persaingan untuk mendapatkan konsumen di tengah pandemi yang telah melandai.
Selain itu, timeline para startup seharusnya meraup keuntungan di tahun ini malah menjadi boomerang dengan konsep awal yang disusun. Sebab, perubahan perilaku masyarakat mengandalkan online ikut meredup sejalan dengan perkembangan covid-19 di Indonesia.
Karenanya, Rendy memperkirakan badai PHK startup akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan. PHK ini menjadi pil pahit yang harus diambil startup untuk menghemat pengeluaran guna bisa meraup untung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Menurut saya dalam katakanlah satu sampai dua tahun ke depan, tren PHK di startup ini masih akan terjadi, seiring dengan faktor untuk mulai meraup keuntungan," jelasnya.
Kondisi yang tak bisa dihindarkan di startup ini diharapkan bisa dilihat dengan baik oleh pemerintah. Tentunya, dengan penyediaan lapangan kerja yang lebih besar lagi.
"Pemerintah dalam konteks ini tentu perlu memasukan unsur resiko PHK dalam unsur kebijakan penciptaan lapangan kerja. Misalnya dengan mempersiapkan penambahan anggaran pelatihan kartu prakerja untuk jaga-jaga jika terjadinya penambahan pengangguran," pungkasnya.