Nilai tukar poundsterling Inggris semakin bergejolak usai Rishi Sunak menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris, menggantikan Liz Truss.
Poundsterling bergerak masuk dan keluar dari zona merah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin (24/10). Itu adalah perdagangan terakhir di atas US$1,13, sekitar 0,1 persen lebih tinggi.
Imbal hasil obligasi Inggris bertenor 10 tahun turun menjadi 3,76 persen. Sedangkan Indeks FTSE 250 dari perusahaan menengah Inggris naik 1,1 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rishi Sunak akan menghadapi tantangan besar dalam memproyeksikan stabilitas negara itu setelah terjadinya kekacauan politik dan pasar keuangan. Ia juga harus memimpin Inggris dalam menghadapi ancaman resesi.
Melansir CNN Business, Selasa (25/10), Sunak mengatakan prioritas utamanya adalah menyatukan partai dan negara dalam menghadapi tantangan ekonomi yang mendalam.
Sunak sebelumnya berkampanye dengan janji akan membantu rumah tangga mengatasi kenaikan biaya hidup, yang menyebabkan banyak orang menarik kembali pengeluaran. Ia mengatakan akan memotong pajak, tetapi hanya setelah tekanan harga mereda.
Namun, aktivitas ekonomi Inggris turun ke level terendah 21 bulan di Oktober 2022.
S&P Global mengatakan secara efektif Inggris dalam resesi.
"Ketidakpastian politik dan ekonomi yang meningkat telah menyebabkan aktivitas bisnis turun pada tingkat yang tidak terlihat sejak krisis keuangan global pada 2009, jika bulan-bulan penguncian pandemi dikecualikan," kata Kepala ekonom bisnis di S&P Global Market Intelligence Chris Williamson.