Inflasi inti Singapura mencapai 5,3 persen pada September 2022 didorong oleh lonjakan harga pangan, jasa, ritel dan barang lainnya. Inflasi inti ini tertinggi dalam 14 tahun terakhir.
Mengutip CNA, Singapura pernah mencapai inflasi inti tertinggi sebesar 5,5 persen pada November 2008 silam
Inflasi inti tidak termasuk biaya akomodasi dan transportasi pribadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, inflasi keseluruhan Singapura pada September kemarin mencapai 7,5 persen secara tahunan (yoy), tidak berubah dari Agustus.
"Inflasi inti diproyeksikan akan tetap tinggi dalam beberapa kuartal ke depan sebelum melambat lebih jelas di (paruh kedua) 2023 karena pengetatan saat ini di pasar tenaga kerja domestik mereda dan inflasi global moderat," kata Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Perindustrian (MTI) dalam rilis media bersama.
Inflasi makanan melonjak akibat kenaikan harga layanan makanan dan makanan tidak dimasak yang mencapai 6,9 persen.
Inflasi akomodasi juga meningkat bersamaan dengan laju kenaikan sewa perumahan yang lebih cepat yang mencapai 4,9 persen pada September.
Inflasi jasa naik menjadi 4 persen pada September karena biaya layanan transportasi point-to-point dan biaya liburan mengalami peningkatan yang lebih besar.
Harga eceran dan barang-barang lainnya juga melonjak mencapai 3,1 persen pada September, karena inflasi untuk peralatan telekomunikasi, obat-obatan dan produk kesehatan dan produk perawatan pribadi lainnya naik tipis.
Kendati, inflasi transportasi swasta turun menjadi 22,3 persen dari 24,1 persen pada Agustus karena laju kenaikan harga mobil dan bensin yang lebih lambat. Inflasi untuk listrik dan gas tetap di 23,9 persen, tidak berubah dari Agustus.
MAS memprediksi sepanjang 2022 inflasi Singapura akan mencapai rata-rata 6 persen, dengan inflasi inti sebesar 4 persen.