Di sisi lain, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Ebi Junaidi mengatakan startup memiliki model bisnis yang sangat relevan dengan kondisi selama covid-19 di mana hampir setiap hal dilakukan secara daring. Namun, saat kondisi mulai membaik dan masyarakat kembali beraktivitas secara langsung, model bisnis startup perlahan mulai tidak relevan.
"Misalnya Sayur Box dulu relevan sekali karena kita enggak berani keluar belanja, sekarang pandemi berakhir menjadi kurang relevan," ujarnya.
Ebi menjelaskan saat bisnis startup berkembang pesat di awal. Karena itu, perusahaan cenderung melakukan rekrutmen secara besar-besaran. Seiring dengan model bisnis yang semakin tak relevan dan menurunnya pendapatan, startup mau tak mau harus melakukan PHK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Konsultan dan Pengamat Bisnis Djoko Kurniawan melihat badai PHK terjadi karena karena target yang ditetapkan startup tidak tercapai. PHK kemudian menjadi jalan yang ditempuh demi menjaga arus kas perusahaan.
Lihat Juga : |
"Jadi PHK dilakukan untuk penyelamatan perusahaan agar bisa bertahan sambil menata ulang bisnis mereka," ujarnya.
Djoko menambahkan PHK juga dilakukan sebagai upaya untuk beradaptasi dengan kondisi ekonomi saat ini yang diliputi ketidakpastian.
Kendati, Djoko mengatakan startup masih memiliki peluang untuk terus tumbuh di waktu mendatang. Namun sektor dan strategi yang dipilih harus tepat.
Ia mengatakan sebuah startup akan berhasil jika mampu memenuhi kebutuhan pasar. Jika tidak, maka mereka tidak akan memiliki peluang untuk berkembang
"Jadi dalam bisnis startup, harus jeli dalam melihat problem yang terjadi di market dan harus mampu memberikan solusi terbaik sehingga akan menjadi pilihan target market," ujarnya.