Investasi valuta asing (valas) bisa menjadi pilihan menarik, terutama bagi Anda yang gemar berpergian ke luar negeri atau ingin menempuh pendidikan internasional.
Saat ini sudah banyak bank yang menawarkan layanan tabungan valas, seperti dolar Amerika Serikat (AS), yuan China, yen Jepang, dan euro.
Perencana Keuangan OneShildt Consulting Imelda Tarigan menilai investasi valas di tengah agresifnya kebijakan The Fed dalam mengerek suku bunga bisa menjadi bumerang tersendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, penguatan mata uang yang sangat cepat bisa menjadi bumerang untuk ekonomi AS. Barang-barang ekspornya akan menjadi mahal, sehingga tidak kompetitif di pasar dan membuat industri di negara tersebut melemah.
Imbasnya, pendapatan suatu negara akan lesu, ekonomi makro pun loyo dan mengakibatkan pelemahan nilai tukar.
"Jadi, ketika harga dolar AS sudah tinggi, maka bukan saat yang tepat untuk beli dolar AS, apalagi kalau untuk tujuan spekulasi. Jika tujuan beli dolar AS untuk rencana bisnis atau biaya sekolah dan sejenisnya, maka konsistensi membeli boleh dilanjutkan," jelasnya kepada CNNIndonesia.com, Kamis (3/11).
Kendati, ada beberapa tips jika tetap ingin investasi valas.
Imelda lantas memberikan saran bahwa trader valas harus selalu paham analisis teknikal. Setelah itu, gunakan analisis yang sesuai dengan pola trading masing-masing.
Menurutnya, tidak ada resep ampuh untuk semua trader karena masing-masing trader punya strategi sendiri dan pilihan komoditi favorit.
"Kepala dingin dalam mengendalikan keserakahan dan menjaga emosi supaya tidak larut ikut-ikutan, biasanya ciri khas trader ulung. Dia bahkan bisa menciptakan euforia sehingga memancing trader lain untuk beli ketika dia ingin menjual asetnya, sehingga dia selalu untung," jelasnya.
Lihat Juga : |
Di lain sisi, Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho memberikan investor valas pilihan di tengah dolar AS yang gagah perkasa ini.
Menurutnya, semua langkah yang diambil tergantung dari tujuan investor. Jika sudah investasi valas cukup lama, dan ingin mengambil keuntungan sekarang, ini bisa jadi momen yang tepat.
"Jadi yang kemarin belinya masih di harga Rp14 ribuan terus kemudian mau taking profit, silakan saja kalau mau dijual," terangnya.
"Tapi kalau misalkan mau investasi jangka panjang, ini saatnya beli karena harganya lagi murah. Jadi potensi kita mendapatkan keuntungan bisa lebih besar lagi," sambung Andi.
Andi menjelaskan, investasi valas tidak hanya sebatas jual beli dan mencari keuntungan. Ada juga beberapa investor yang punya tujuan untuk melancong hingga menyekolahkan sang anak ke luar negeri.
Bagi calon investor valas yang ingin investasi jangka panjang, Andi memberikan saran untuk melakukan dollar cost averaging.
"Jadi untuk investasi jangka panjang, secara berkala kita melakukan top up di investasi tersebut, baik ketika lagi naik atau turun seperti sekarang. Kita beli saja terus reguler, misal sebulan sekali, ketika gajian atau dapat income, sisihkan sekian persen untuk beli si valas ini. Jadi kita nanti akan mendapatkan harga rata-rata di situ," paparnya.
Selain itu, Andi mengatakan calon investor harus memastikan memilih mata uang yang kuat.
Dari banyak pilihan valas, ia menyarankan dolar AS, dolar Singapura, dolar Australia, euro, hingga poundsterling Inggris.
"Agar untungnya maksimal, kembali ke tujuan investasinya seperti apa. Kalau mau taking profit, tentukan berapa lama kita bisa simpan investasi ini," tegasnya.
Sementara itu, Imelda berharap para calon investor valas berhati-hati di kondisi pasar saat ini. Menurutnya, sekarang bukan momen yang tepat untuk investor pemula mencicipi valas.
"Menurut saya, sebaiknya trader pemula jangan ikutan dulu pada saat-saat sekarang karena market sedang sangat volatile. Tunggu market agak stabil, mungkin tahun depan, baru boleh belajar cari pengalaman," saran Imelda.
"Ibaratnya, pelaut junior ikut nonton di buritan (bagian belakang kapal) saja dulu karena laut sedang sangat bergelombang," tandasnya.