BI Prediksi Puncak Bunga Tertinggi The Fed 5 Persen di Kuartal I 2023
Bank Indonesia (BI) memproyeksi puncak kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS (The Fed) terjadi pada kuartal 2023.
Mereka memperkirakan pada puncak itu, bunga acuan The Fed menyentuh level 5 persen.
"Kami perkirakan puncak Fed Fund Rate adalah 5 persen pada kuartal 1 2023, dan saat itu kami perkirakan akan terjadi turning point-nya," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (17/11).
Menurutnya, saat suku bunga The Fed mencapai puncaknya, nilai tukar rupiah akan kembali ke faktor fundamentalnya.
Ia menuturkan keadaan ekonomi RI yang masih terjadi bisa mendukung penguatan rupiah. Perry menjabarkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72 persen (yoy)pada kuartal III 2022.
Angka ini, kata dia, merupakan salah satu yang tertinggi dibanding beberapa negara dunia. Selain itu, inflasi RI juga masih terjadi di level 5,71 persen (yoy) pada Oktober tahun ini.
"Demikian juga dari kondisi neraca pembayaran, transaksi berjalan, kita surplus dan itu mendukung pergerakan rupiah," imbuh Perry.
The Fed secara konsisten menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir. Terbaru bank sentral AS itu mengerek suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) untuk yang keempat kalinya. Suku bunga ditetapkan sebesar 3,5-4 persen, tertinggi sejak Januari 2008 silam.
Kepastian kenaikan suku bunga ini terjadi dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung pada 1-2 November waktu AS.
Kebijakan moneter ketat ini menandai langkah terberat The Fed sejak 1980-an dan bakal memperdalam penderitaan jutaan bisnis dan rumah tangga AS.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengakui bahwa cara soft landing alias mendinginkan ekonomi AS tanpa memasuki resesi sudah semakin sempit. Namun, dia percaya diri langkah itu masih bisa dilakukan.
"Gambaran inflasi menjadi semakin menantang tahun ini," katanya, dikutip dari CNN Business, Kamis (3/11).
"Itu berarti kita harus memiliki kebijakan yang lebih ketat dan itu mempersempit jalan menuju soft landing," sambung Powell.
Powell juga menegaskan kembali komitmennya untuk menurunkan inflasi. Menurutnya, inflasi yang terus-menerus dan mengakar akan membuat penderitaan ekonomi yang lebih besar ketimbang resesi.
Kenaikan suku bunga The Fed ini telah menekan nilai tukar rupiah hingga menembus level di atas Rp15.600 dalam beberapa waktu belakangan.