Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan sejumlah 'pengganggu' ekonomi Indonesia pada tahun depan. Gangguan itu kebanyakan berasal dari sisi eksternal atau global.
Pertama, perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung sejak Februari 2022 dan tidak diketahui kapan akan berakhir. Bahkan, tahun depan perang kedua negara ini diperkirakan makin memanas.
"Kondisi global tahun ini dan tahun ke depan itu masih akan terus bergejolak. Kita tidak tahu kapan selesainya perang Rusia dan Ukraina," ujarnya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (21/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perang yang tak kunjung usai ini ia sebut akan membuat krisis yang sudah terjadi seperti krisis energi, pangan dan keuangan akan terus berlanjut dan makin parah. Pertumbuhan ekonomi dunia melambat, harga barang-barang mahal, hingga inflasi yang melonjak.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya bisa mencapai 3 persen di tahun ini dan turun jadi 2,6 persen di 2023.
Kedua, perang dagang antar AS dan China yang juga belum menemukan titik temu. Berbagai sanksi balasan antar kedua negara masih terus berlanjut.
Ketiga, ketegangan geopolitik di Taiwan yang kemungkinan bisa berakhir dengan perang. Keempat, kondisi kebijakan covid-19 di China.
Ia memperkirakan China masih memperpanjang kebijakan zero covid-19 dengan memberlakukan lockdown, bahkan sampai 2024 mendatang.
Kebijakan ini tentu akan mempengaruhi ekonomi dunia. Pasalnya China adalah ekonomi terbesar dunia kedua dan sekaligus mitra dagang utama Indonesia.
"Ini kondisi global yang berpengaruh terhadap ekonomi di Indonesia dan seluruh dunia, tentu saja itu juga berpengaruh dari tingginya harga energi dan lain-lain," pungkasnya.