Biaya Perawatan Covid China Melonjak Capai Rp3.783 T

CNN Indonesia
Senin, 05 Des 2022 19:13 WIB
Biaya perawatan covid-19 di China melonjak 13 persen hingga mencapai Rp1,75 triliun yuan atau setara dengan US$245 miliar dalam 10 bulan pertama 2022.
Biaya perawatan covid-19 di China melonjak 13 persen hingga mencapai Rp1,75 triliun yuan atau setara dengan US$245 miliar dalam 10 bulan pertama 2022. (REUTERS/THOMAS PETER).
Jakarta, CNN Indonesia --

Biaya perawatan covid-19 di China melonjak 13 persen hingga mencapai Rp1,75 triliun yuan atau setara dengan US$245 miliar atau Rp3.783 triliun (asumsi kurs Rp15.441 per dolar AS)dalam 10 bulan pertama 2022.

Lonjakan ini menjadi angka terbesar di antara semua jenis pengeluaran pemerintah. Dari awal pandemi hingga April 2022, pemerintah telah melakukan 11,5 miliar tes di China. Tetapi jumlah sebenarnya berpotensi jauh lebih tinggi.

Naiknya biaya perawatan covid-19 tersebut membuat pemerintah daerah di China yang ditugasi melakukan tes massal covid-19 dan memberlakukan kebijakan lockdown terpaksa mengurangi layanan vital lainnya. Mereka mengaku kekurangan uang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini merupakan dampak dari kebijakan zero-covid yang membuat China keluar dari resesi 2020. Namun hampir tiga tahun kemudian, tagihan kesehatan meningkat dan beban keuangan itu ditimpakan kepada otoritas pemerintah daerah.

Associate di China Center Universitas Oxford George Magnus mengungkapkan risiko stabilitas keuangan akan meningkat jika lockdown dan tes massal terus dilakukan.

"Pemerintah daerah berada di bawah tekanan besar dari biaya mempertahankan nol-covid, dan kita sudah dapat melihat ini melalui keberlanjutan utang beberapa entitas. Termasuk (dalam) kasus di mana layanan publik dikurangi, aset atau layanan lokal dijual dan sebagainya," ujar George dilansir dari CNN Business, Senin (5/12).

Kurangnya uang yang dialami oleh pemerintah daerah salah satunya juga dipicu oleh minimnya pendapatan yang sangat bergantung pada penjualan tanah, yang kini berada di posisi lebih rentan dibandingkan dengan pemerintah pusat.

Data Kementerian Keuangan China menyebutkan pemerintah daerah membelanjakan 11,8 triliun yuan (US$1,65 triliun setara Rp25.373 triliun, asumsi kurs Rp15.378). Angka ini lebih besar dari pendapatan yang mereka peroleh antara Januari dan Oktober.

Di sisi lain, lonjakan biaya perawatan covid-19 itu membuat utang pemerintah China membengkak dan berimbas langsung terhadap kesehatan ekonomi China.

Lonjakan utang tersebut Ini tidak hanya meningkatkan risiko gagal bayar utang kota, tetapi juga menekan kemampuan pemerintah untuk memacu pertumbuhan, menstabilkan lapangan kerja, dan memperluas layanan publik.

Selama tiga tahun terakhir, pemerintah daerah menanggung biaya pengendalian pandemi. Mereka harus membayar untuk pengujian massal reguler, karantina wajib, dan layanan lain selama lockdown yang sering terjadi. Hal ini mengakibatkan pengeluaran melonjak ketika pendapatan mengalami stagnasi.

Sementara, pada saat yang sama pemerintah daerah mengalami kekurangan pendapatan karena pengeluaran yang besar.

DBRS Morningstar, lembaga pemeringkat kredit global yang berbasis di Toronto, mengatakan awal bulan ini bahwa defisit pemerintah daerah yang tinggi menjadi perhatian utama.

Termasuk apa yang disebut utang tersembunyi. Sebab, sebagian dari utang ini tidak pernah diakui secara resmi di neraca pemerintah.

[Gambas:Video CNN]



(dzu/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER