Memiliki pandangan berbeda, Pengamat Pasar Modal Oktavianus Audi mengungkapkan IHSG masih memiliki beberapa sentimen positif yang berpengaruh pada perdagangan.
Pertama, rilis data inflasi di Amerika Serikat yang diperkirakan melambat ke level 7,4 persen year-of-year di November 2022.
"Capaian ini merupakan sentimen positif untuk pasar karena dampak kenaikan suku bunga oleh The Fed beberapa waktu terakhir sudah mulai terlihat pada inflasi yang cenderung turun," ucap Oktavianus.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, keputusan suku bunga The Fed pada Desember 2022 diperkirakan naik secara lebih moderat ke level 4,5 persen. Sebab, menurut The Fed, angka ini mendekati tingkat pengekangan yang akan cukup untuk menurunkan inflasi.
Ketiga, dari sentimen dalam negeri, rilis data neraca perdagangan November 2022 yang diperkirakan masih akan surplus senilai US$4,4 miliar.
"Non-migas diperkirakan masih akan menjadi pendulang ekspor untuk Indonesia di tengah harga beberapa komoditas yang masih tinggi. Ini memberikan sinyal positif sementara untuk pasar meski di tengah sentimen resesi yang kian meningkat," paparnya.
Melihat berbagai sentimen positif ini, Oktavianus masih memperkirakan IHSG berpotensi menguat pada pekan ini. Bahkan, jika dilihat dari indikator William %R yang digunakan untuk memberikan sinyal beli dan jual saham, bursa saham masuk ke dalam zona jenuh jual atau oversold.
"Meski ada peluang terjadi technical rebound dengan uji support di rentang level 6.650-6.730 dan resistance di level 6.860," tegasnya.
Lebih jauh, Oktavianus merokemendasikan investor untuk lebih mempertimbangkan ancaman perlambatan ekonomi global dan resesi AS yang meningkat di tahun depan.
Ia menyarankan investor untuk memilih saham defensive atau lakukan dollar cost averaging (DCA) untuk saham dengan kapitalisasi besar yang undervalue dalam tenor jangka panjang.
Dollar Cost Averaging merupakan upaya untuk membagi transaksi investasi dengan memasukkan jumlah dana yang sama, melalui nilai mata uang (dolar atau rupiah) dalam rentang waktu tertentu sehingga didapatkan biaya secara rata-rata.
"Sektor yang dapat diperhatikan adalah basic industry. Sektor yang dihindari adalah teknologi yang cenderung tertekan pada saat suku bunga tinggi," tegasnya.
Oktavianus merekomendasikan tiga saham yaitu TBIG, ESSA, dan SMGR. Untuk TBIG, ia menyarankan melakukan buy on break. Sedangkan, investor disarankan trading buy untuk saham ESSA.
"Setelah pekan lalu keluar dari zona oversold menurut indikator William %R, maka terbuka peluang harga (ESSA) dapat menguat menuju resistance level 1.135-1.180 dan support di level 955," paparnya.
Terakhir, untuk saham SMGR, investor disarankan melakukan speculative buy. Sebab, harga SMGR saat ini mampu bertahan di level 6.775 dan berpeluang menguat menuju resistance 7.425-7.650 dan support di level 6.475.