Curah Hujan Tinggi, Harga Sayur Mayur di Sumut Mahal

CNN Indonesia
Jumat, 16 Des 2022 02:20 WIB
Harga sayur mayur di Sumut semakin mahal imbas curah hujan tinggi menyebabkan banjir di sejumlah sentra produksi. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).
Medan, CNN Indonesia --

Harga sayur mayur di Sumatera Utara (Sumut) makin mahal imbas curah hujan yang tinggi memicu bencana banjir di sejumlah sentra produksi.

Salah satunya, kacang panjang yang dibanderol Rp20 ribu-Rp22 ribu dari sebelumnya Rp10 ribu per kg. Ada pula sawi hijau yang tadinya dihargai Rp7.000 per kg menjadi Rp15 ribu di pedagang eceran.

Selanjutnya, bayam yang biasanya dipatok Rp2.500 per ikat, kini mencapai Rp5.000 per ikat. Harga sayur-sayuran lainnya juga terpantau naik nyaris atau bahkan melampaui dua kali lipat dari harga sebelumnya.

"Curah hujan yang tinggi memicu terjadinya bencana banjir di sejumlah sentra produksi sayur yang menjadi asal muasal utama kenaikan harga komoditas tersebut," ungkap Ekonom Sumut Gunawan Benjamin, Kamis (15/12).

Ditambah lagi, curah hujan yang tinggi itu memicu kerusakan pada sejumlah tanaman jenis sayur, dan pembusukan lebih cepat.

"Belum lagi, gangguan distribusinya. Pada dasarnya, kenaikan harga sayur-sayuran lumrah terjadi saat berlangsungnya hari besar keagamaan. Namun, tidak seharusnya terjadi pada saat sekarang ini," urainya.

Apalagi, Natal dan Tahun Baru 2023 juga masih beberapa pekan lagi. Tetapi, kenaikan harga sayuran kali ini banyak dipengaruhi oleh tingginya curah hujan yang tinggi ditambah dengan kenaikan biaya input produksi seiring kenaikan harga pupuk dan pestisida.

"Harga biaya input produksi yang naik turut mempengaruhi petani menggunakan lebih sedikit pupuk atau pestisida, sehingga hasil panennya menjadi tidak maksimal. Kalau kenaikan harga sayur sayuran melebihi 100 persen atau dua kali lipat kerap terjadi saat perayaan hari besar itu berlangsung," terangnya.

Menurutnya, saat perayaan Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru harga sayur sayuran bahkan ada yang sempat naik hingga 200 persen. Tetapi, terjadi di saat hari-H, dimana keseimbangan pasar tengah mengalami gangguan tentunya.

"Namun, untuk kali ini memang situasinya berbeda, sehingga beberapa komoditas sayur-sayuran terpaksa naik meskipun hari-H (Nataru) masih jauh," bebernya.



(fnr/bir)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK