Pilihan Saham Ciamik Jelang Akhir Tahun
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.800 pada akhir pekan lalu, Jumat (23/12). Indeks saham melemah 23,75 poin atau setara 0,35 persen dari perdagangan sebelumnya. Secara akumulatif, perdagangan saham dalam sepekan melemah 0,17 persen.
Tercatat, investor asing jual bersih (net sell) minus Rp1,94 triliun. Pelaksana Harian Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gusti Agung Alit mengatakan rata-rata nilai transaksi harian bursa pekan ini mengalami perubahan sebesar 30,40 persen menjadi Rp10,57 triliun dari Rp15,19 triliun pada sepekan sebelumnya.
Sedangkan rata-rata frekuensi transaksi harian bursa sebesar 11,84 menjadi 916.894 transaksi selama sepekan dari 1.040.018 transaksi pada sepekan sebelumnya.
Tak hanya itu, rata-rata volume transaksi bursa mengalami perubahan sebesar 36,63 persen menjadi 18,105 miliar saham dari 28,569 miliar saham pada penutupan pekan lalu.
Pengamat Pasar Modal BCA Sekuritas Achmad Yamani mengungkapkan pekan ini pergerakan IHSG diperkirakan flat dengan rentang 6.780-7.100.
Meskipun, menurutnya, momen window dressing berpotensi mengangkat indeks, tetapi tak akan berdampak besar. Pasalnya, modal asing yang keluar dari bursa masih besar.
"Momen window dressing dan menjelang January effect masih mungkin walaupun potensinya tidak terlalu besar, karena outflow asing yang masih berlanjut dan beralih ke surat utang," kata Achmad ketika dihubungi, Minggu (25/12).
Window dressing merupakan momen ketika IHSG mencatat kenaikan yang tinggi. Pola ini hanya terjadi pada minggu terakhir Desember atau ketika akhir tahun. Pada momen ini, perusahaan dan manajer investasi melakukan strategi untuk menarik para investor baru.
Untuk momen ini, ia menilai hampir semua sektor menarik karena adanya potensi window dressing. Seluruh sektor diprediksi mampu menguat atau rebound.
Namun, ia merekomendasikan saham big caps atau saham yang memiliki kapitalisasi besar dengan ukuran rata-rata di atas Rp10 triliun.
"Mengingat valuasi saat ini beberapa big caps sudah cukup turun banyak seperti ASII (PT Astra International Tbk), TLKM (PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk), JSMR (PT Jasa Marga (Persero) Tbk), PTBA (PT Bukit Asam Tbk), EXCL (PT XL Axiata Tbk), dan GOTO (PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk)," paparnya.
Sementara, pengamat Pasar Modal Oktavianus Audi memperkirakan IHSG pekan ini akan bergerak terbatas. Menurutnya, jika bursa mampu menembus level 6.850 maka potensi menguat akan terus berlanjut. Sebab, saat ini, IHSG menunjukkan pola divergence positif jika dibandingkan dengan harga.
"Divergence positif adalah momen ketika harga bergerak turun atau melemah tetapi indikator justru berlawanan arah dengan menunjukkan posisi yang lebih tinggi. Ini menunjukkan indikasi akan bergerak menguat," jelas Oktavianus.
Sejumlah sentimen yang memengaruhi adalah klaim pengangguran di Amerika Serikat yang diprediksi naik ke 225 ribu. Menurutnya, hal ini akan memberikan sinyal bahwa pasar tenaga kerja di AS mengendur dibandingkan bulan sebelumnya.
"Pandangan The Fed terkait sikap yang lebih dovish (kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi) terhadap kebijakan moneter dapat kembali terbuka dan memberikan pergerakan yang lebih longgar untuk pasar saham," ucapnya.
Lihat Juga : |
Selain itu, jumlah kasus covid-19 di China yang kian melonjak setelah pelonggaran kebijakan zero covid memberikan sentimen negatif untuk pasar.
"Melambatnya China akan berdampak pada perlambatan ekonomi secara global, ini merupakan sentimen negatif untuk pasar di tengah inflasi yang tinggi dari AS dan Eropa," papar Oktavianus.
Menurutnya, para investor dapat mempertimbangkan spekulasi untuk membeli saham jika IHSG sudah mulai bergerak melewati level 6.850. Tetapi, jika IHSG masih belum menembus level itu maka investor disarankan untuk wait and see.
Sejumlah sektor yang direkomendasikan Oktavianus adalah energi. Ia menilai di tengah supply yang turun pada minyak mentah membuat harganya berpotensi menguat.
Pada pekan ini Oktavianus hanya merekomendasikan dua saham yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Investasi pada kedua saham ini disarankan untuk buy on break.
Untuk AMRT ia menilai harga masih cenderung bergerak sideways dan terdapat resistance sejak sepekan lalu di level 2.650.
Oktavianus berpendapat jika harga breakout maka mampu menarik dan membuka peluang menuju resistance 2.900. Sementara, support AMRT berada di level 2.500.
"AKRA terdapat pola triangle dengan konfirmasi penguatan jika harga breakout level 1.420 pada pekan ini dan potensi terbuka menuju resistance 1.500-1.550. Support berada di level 1.330," tegasnya.