Longgar Aturan Covid, Ramai-ramai Warga China 'Balas Dendam' Pelesiran
Menyusul pelonggaran kebijakan covid-19 awal Desember ini, warga China beramai-ramai 'balas dendam' dengan bepergian jelang tahun baru imlek.
Industri pariwisata China mulai bergeliat, pemesanan penerbangan mengalami lonjakan, padahal angka infeksi covid-19 tengah melonjak. Warga juga bersiap untuk berwisata ke luar negeri saat pelonggaran perbatasan dibuka pada 8 Januari mendatang.
Otoritas Bandara Beijing memperkirakan 16.800 penumpang berangkat dari bandara pada Rabu (28/12). Angka ini merupakan jumlah keberangkatan tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
"Penerbangan domestik telah pulih dalam beberapa pekan terakhir, yang diperkirakan mencapai 60 persen hingga 80 persen dari sebelum pandemi," kata seorang manajer maskapai BUMN di Beijing, yang tidak ingin disebutkan namanya, dikutip South China Morning Post, Kamis (29/1).
Menurutnya, penerbangan ke kawasan wisata populer seperti Sanya di Hanna juga menunjukkan tingkat hunian yang tinggi.
Situs perjalanan China, Tuniu, melaporkan ada 64 persen pemesanan jelang tahun baru Imlek dengan tujuan perjalanan domestik. Di antaranya , 70 persen wisatawan memesan tiket ke provinsi Hainan dan Yunnan.
Lalu lintas penumpang di metro Beijing juga meningkat secara bertahap. Jumlah penumpang naik dua kali lipat dari minggu lalu, menjadi 4,6 juta penumpang.
Platform Meituan melaporkan pesanan makan di restoran naik 218 persen sejak Senin lalu (26/12). Universal Resort, atraksi wisata favorit di China pun mengalami peningkatan pemesanan hingga 120 persen dalam seminggu.
Antusiasme warga China untuk berwisata menunjukkan pemulihan ekonomi, sekaligus peringatan akan adanya gelombang penyebaran virus setelah musim liburan imlek.
"Kita tidak boleh terlalu optimis tentang pemulihan mobilitas jangka pendek saat ini; dengan pandemi yang masih berkecamuk di dalam negeri, kami yakin batas atas pemulihan masih terbatas dan tidak akan kembali ke level yang sama tahun lalu dalam jangka pendek," kata broker dari Topsperity Securities.
Kepala ekonom Macquarie Group Larry Hu mengatakan gelombang pandemi kedua selama tahun baru imlek akan memberi lebih banyak tekanan pada pemulihan ekonomi China.
"Ekonomi negara masih menghadapi banyak tekanan pada kuartal pertama tahun depan dan mulai menunjukkan sinyal pemulihan yang pada kuartal kedua," ungkapnya.
Dampak pandemi kemungkinan membuat angka penjualan ritel nol atau, bahkan negatif pada kuartal keempat 2022.
"Meskipun itu akan bangkit kembali ke pertumbuhan 8 persen (yoy) pada tahun 2023," ujarnya.
(pta/sfr)