Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan dirinya selalu terkesan dengan kinerja Bank Rakyat Indonesia (BRI). Hal itu tak terlepas dari kedekatannya dengan bank yang lahir pada tanggal 16 Desember 1895 lalu.
Demikian disampaikan Sri Mulyani saat menjadi salah satu pembicara kunci dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023 di Gedung BRI 1, Jakarta, Kamis (26/1).
"Karena saya tahu motor di belakang BRI itu otaknya untuk membuat indikator dan yang lain dulu adalah asisten peneliti saya. Jadi saya selalu impress (terkesan) dengan BRI," kata Sri Mulyani disambut tepuk tangan hadirin, termasuk Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Sunarso dikutip Senin (30/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu masih muda banget sekarang kita sudah sama-sama senior Pak Anton," lanjutnya mengacu kepada Direktur BRI Research Institute Anton Hendranata.
Dalam kesempatan ini Sri Mulyani sepakat dengan Sunarso yang mengatakan lingkungan global dan kebijakan ekonomi Indonesia mengarungi sebuah masa yang tidak biasa.
Adapun sebelumnya, Sunarso mengatakan, meski jauh dari potensi resesi, Indonesia tetap harus waspada dan tidak lengah.
"Kita lihat peluang resesi rendah, tapi tidak boleh gegabah , sembrono, dan harus waspada. Untuk itu, butuh kolaborasi antar area, disiplin ilmu, dan pemangku kepentingan untuk mengukur betapa pentingnya peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia," katanya.
Sunarso menegaskan, UMKM memiliki kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi dan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Dalam 10 tahun terakhir BRI mencatat postur UMKM tidak berubah, dengan kontribusi pada PDB 82,55 persen.
"Berkali-kali saya sampaikan tugas negara menyejahterakan rakyat, dan cara terbaik adalah dengan memberikan pekerjaan," ujarnya.
Hal ini pun mendorong industri keuangan untuk memperhatikan UMKM, terutama dari sisi pendanaan. Saat ini, total kredit UMKM baru mencapai 22 persen dibandingkan target 30 persen pada 2024. Dari jumlah tersebut, BRI berkontribusi 67 persen dari total pembiayaan terhadap UMKM.
"Kami akan tingkatkan porsi kredit UMKM menjadi 85 persen di 2025. Kemudian di balik concern pemerintah, bahwa UMKM harus dapat kucuran kredit seluruh industri keuangan minimal 30 persen, sehingga bisa meningkatkan level inklusi keuangan," kata Sunarso
(inh)