Kecamuk Perang Bunga Simpanan di Era Bank Digital

CNN Indonesia
Selasa, 31 Jan 2023 16:39 WIB
Sejumlah bank digital menawarkan suku bunga simpanan tinggi, bahkan, jauh lebih tinggi bank konvensional demi menarik nasabah. ( CNN Indonesia/Ryan Hidayatullah).
Jakarta, CNN Indonesia --

Tonggak penting transformasi dunia perbankan tercipta pada 2016 lalu. Pada tahun tersebut bank digital pertama kali hadir di Indonesia.

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum, bank digital adalah bank Berbadan Hukum Indonesia (BHI) yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha terutama melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat atau menggunakan kantor fisik terbatas. Dengan kata lain, hampir semua aktivitas perbankan dilakukan secara digital.

Bank digital pun terus berkembang dan kian ramai diperbincangkan pada 2021, saat itu, pandemi covid-19 sedang ganas-ganasnya di Indonesia. Mobilitas masyarakat yang terbatas mendukung perkembangan itu.

Keadaan itu pun memaksa masyarakat beradaptasi, termasuk dalam hal berbelanja dan mengakses perbankan. Tak sedikit masyarakat yang beralih ke bank digital karena semua aktivitasnya bisa dilakukan dalam satu genggaman tangan alias melalui smartphone.

Tak ayal, banyak bank digital lahir dan tumbuh makin besar sejak pandemi covid-19. Sebut saja Jenius (PT Bank BTPN Tbk), Jago (PT Bank Jago Tbk), Allo Bank (PT Allo Bank Indonesia Tbk, Aladin (PT Bank Aladin Syariah Tbk), dan blu by BCA Digital (PT Bank Digital BCA).

Lalu, ada Neobank (PT Bank Neo Commerce Tbk), Digibank (PT Bank DBS Indonesia), LINE Bank (PT Bank KEB Hana Indonesia), Motion (PT Bank MNC Internasional Tbk), dan SeaBank (PT Bank Seabank Indonesia).

Selanjutnya, ada Nyala (PT Bank OCBC NISP Tbk), New Livin' (PT Bank Mandiri Tbk), Raya (PT Bank Raya Indonesia Tbk), TMRW (PT Bank UOB Indonesia), serta Wokee (PT Bank Bukopin Indonesia Tbk).

Untuk memikat masyarakat menjadi nasabah, sejumlah bank digital menawarkan suku bunga simpanan atau tabungan yang tinggi. Bahkan, jauh lebih tinggi dari suku bunga simpanan di bank konvensional.

Lihat saja, bunga simpanan Bank Jago berada di level 3,75 persen per tahun. Untuk periode tertentu, bank ini juga menawarkan promo bagi nasabah baru dengan memberi bunga simpanan hingga 7 persen.

SeaBank menawarkan bunga simpanan 4 persen per tahun. Namun, bank itu memberikan promo bunga simpanan sebesar 5 persen selama periode 1 Desember 2022 hingga 31 Januari 2023.

Lalu, NeoBank menawarkan bunga simpanan di level 6 persen per tahun, Allo Bank 4 persen, blu by BCA Digital 3 persen dan 3,5 persen untuk saldo Rp1 juta sampai dengan Rp9,9 juta, dan Jenius 0,5 persen hingga 5 persen bergantung jumlah tabungan.

Kemudian, Digibank menawarkan bunga simpanan sebesar 3 persen, Nyala 3,75 persen, Motion 0 persen hingga 3,5 persen sesuai saldo, dan LINE Bank 1 persen per tahun.

Bunga simpanan dari bank-bank digital itu jelas jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang ditawarkan bank konvensional. Tercatat, suku bunga simpanan di beberapa bank konvensional berada di level 0 persen per tahun untuk tabungan di bawah Rp1 juta, hingga yang paling tinggi 1,75 persen per tahun untuk tabungan di atas Rp1 miliar.

Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk atau BNC Tjandra Gunawan mengakui bahwa memberikan suku bunga simpanan tinggi merupakan salah satu jurus perusahaan untuk menggaet nasabah. Menurutnya, salah satu keuntungan bank digital adalah seluruh biaya operasional lebih efisien karena semua operasional dari hulu ke hilir dilakukan secara digital.

Hal ini membuat BNC dapat melakukan keberlangsungan usaha secara cost efficient sehingga perusahaan memiliki keleluasaan untuk dapat memberikan bunga simpanan yang lebih kompetitif kepada nasabah.

Ia menjelaskan NeoBank memberikan berbagai opsi bagi nasabah untuk simpanan dan investasi seperti Neo NOW dan Neo WOW.

Neo NOW merupakan produk tabungan yang memberikan bunga hingga 6 persen per tahun. Bunganya akan cair setiap hari dan langsung masuk ke rekening nasabah.

Sementara, Neo WOW merupakan produk deposito yang menawarkan bunga mulai dari 6,5 persen hingga 8 persen dengan tenor yang fleksibel mulai dari 7 hari hingga 12 bulan dengan minimum setoran mulai dari Rp100 ribu.

"Hal ini merupakan komitmen BNC untuk memberikan kesejahteraan bagi nasabah, sejalan dengan salah satu nilai utama BNC, yaitu prosperous, BNC ingin memberikan kesejahteraan dengan memberikan keuntungan maksimal bagi para nasabah," kata Tjandra kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/1).

Ia mengaku jurus tersebut cukup efektif menarik nasabah buka rekening di NeoBank. Terbukti, Dana Pihak Ketiga (DPK) perusahaan naik signifikan dari Rp7,4 triliun per November 2021 menjadi Rp14 triliun per November 2022.

Selain itu, aplikasi NeoBank juga telah diunduh lebih dari 25 juta kali sejak diluncurkan pada akhir Maret 2021 dengan jumlah nasabah lebih dari 20 juta nasabah saat ini.

"Raihan positif tersebut berlanjut hingga Desember 2022, yang mana berarti BNC sudah secara konsisten mencatatkan laba setiap bulannya mulai dari Juni hingga Desember 2022," imbuh Tjandra.

Pria lulusan jurusan ekonomi Universitas Tarumanagara itu tak mengatakan secara gamblang bahwa upaya menawarkan suku bunga simpanan tinggi merupakan sekadar bakar-bakar uang. Ia mengatakan pada dasarnya NeoBank dapat memberikan bunga tinggi kepada nasabah karena BNC berhasil melakukan efisiensi secara signifikan.

Ia kembali menekankan bahwa transformasi menjadi bank digital membuat BNC dapat melakukan proses keberlangsungan usaha secara digital dari hulu ke hilir. Dengan begitu, pihaknya dapat melakukan cost efficiency dibandingkan bila dilakukan secara konvensional.

Tak hanya itu, Tjandra kembali menyinggung bahwa secara konsisten BNC turut berhasil meningkatkan pendapatannya secara positif sejak Juni hingga Desember 2022.

"Hal di atas memungkinkan BNC mempunyai keleluasaan untuk dapat memberikan suku bunga yang lebih baik kepada para nasabah yang telah mempercayakan dana mereka untuk BNC kelola melalui tabungan dan deposito," tegasnya.

Bila dilihat suku bunga simpanan NeoBank yang berada di level 6 persen per tahun, berarti itu tidak dijamin oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Sebab, LPS hanya menjamin simpanan dengan suku bunga di bawah 3,75 persen per tahun.

Meski demikian, Tjandra memastikan pihaknya tetap mengikuti penjaminan dan diawasi oleh lembaga tersebut. Ia menuturkan BNC sepenuhnya mengikuti aturan LPS dalam menjamin simpanan nasabah bank sejauh sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan oleh LPS.

NeoBank memberitahu secara transparan kepada nasabah bahwa suku bunga simpanan yang diterapkan melebihi LPS rate, sehingga tidak dijamin oleh lembaga tersebut.

"Meski menawarkan produk simpanan berbunga tinggi, Bank Neo Commerce memastikan mengikuti penjaminan dan diawasi oleh LPS," jelas Tjandra.

Di sisi lain, Tjandra mengatakan NeoBank tidak menutup kemungkinan untuk menurunkan suku bunga simpanan. Hal ini seiring dengan tantangan likuiditas di masa yang akan datang dan tren suku bunga acuan dari bank sentral yang tinggi.

Kenaikan suku bunga acuan tersebut berisiko meningkatkan cost of fund bank sehingga akan berdampak pula pada suku bunga kredit.

Oleh karena itu, selain menawarkan suku bunga tinggi, Tjandra menyebut NeoBank juga menawarkan berbagai fitur yang bisa menunjang aktivitas perbankan, investasi, deposito, hingga kredit untuk menggaet nasabah.

Selain itu, perusahaan juga berupaya menjadi relevan dengan mengikuti tren terbaru agar bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Upaya untuk menjadi relevan tersebut membuat BNC aktif dan rajin untuk terus melakukan inovasi dengan memperkenalkan produk-produk dan fitur-fitur secara berkala," kata dia.

Tjandra menambahkan upaya tersebut dilakukan secara mandiri oleh BNC, maupun dengan menjalin kerja sama dengan mitra.

Ia mengklaim aplikasi NeoBank bisa menghubungkan nasabah satu sama lain dengan fitur Neo Chat, baik itu nasabah ke nasabah (customer to customer) maupun bisnis ke nasabah (business to customer). Aplikasi NeoBank juga didukung layanan QRIS, BI Fast, VA Payment, dan tarik tunai tanpa kartu.

"Pada dasarnya, BNC mengembangkan layanan dan fiturnya, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan finansial, investasi nasabah, tapi juga mendukung kebutuhan lifestyle mereka," kata Tjandra.

Hal ini juga sebagai upaya untuk melakukan diversifikasi sumber dana bank. Selain itu, untuk menjaga likuiditas pencadangan perseroan di masa yang akan datang, Tjandra mengatakan pihaknya akan terus memantau dan memastikan rasio likuiditas terjaga dengan baik dan berada di atas ketentuan yang telah ditentukan regulator.

Pun ia akan melakukan proyeksi cash flow mismatch untuk memastikan kebutuhan pendanaan bank cukup. Tak berhenti sampai di situ, Tjandra juga tetap berupaya mengoptimalkan pertumbuhan DPK, terutama dana murah yang lebih stabil (pendanaan inti).

Hal ini bertujuan untuk menurunkan cost of fund dengan meluncurkan layanan cash management, payroll, produk-produk strategis lain.

Adapun fokus BNC di 2023 ini salah satunya adalah terus mengoptimalkan raihan DPK yang juga diimbangi dengan penyaluran kredit secara sehat. Selain itu, BNC juga fokus untuk berinovasi mengembangkan berbagai layanan untuk meningkatkan pendapatan fee based income yang berasal dari transaksi.

Sementara itu, Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago Tjit Siat Fun mengatakan suku bunga simpanan tinggi bukan strategi utama untung memikat nasabah. Bank Jago lebih memilih menyediakan solusi finansial digital yang berfokus pada kehidupan dan tatanan di dalam ekosistem digital.

Menurutnya, hal tersebut merupakan strategi yang lebih berkelanjutan untuk bisnis Bank Jago.

"Kami percaya unique value proposition Bank Jago untuk menyediakan solusi finansial digital yang berfokus pada kehidupan dan tertanam di dalam ekosistem digital, merupakan strategi yang lebih berkelanjutan untuk bisnis kami," ucap Tjit Siat Fun.

Apalagi, sambung dia, antusiasme nasabah cukup positif. Hal ini terlihat dari jumlah nasabah funding Bank Jago mencapai 4,2 juta nasabah pada akhir September 2022 lalu. Sementara, jumlah DPK mencapai Rp7,28 triliun hingga kuartal III 2022 atau tumbuh 186 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Tjit Siat Fun mengklaim bisnis Bank Jago tetap terjaga dan ditopang modal yang kuat. Ini terlihat dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mencapai 97 persen per akhir kuartal III 2022 lalu.

"Angka ini jauh di atas rata-rata CAR perbankan nasional yang sekitar 25 persen," imbuhnya.

Perempuan yang memulai karir di dunia perbankan sejak 1993 itu menjelaskan sebagai bank berbasis teknologi (tech-based bank) yang tertanam di dalam ekosistem digital Indonesia, Bank Jago memiliki aspirasi untuk meningkatkan kesempatan berkembang untuk nasabah melalui solusi finansial digital yang berfokus pada kehidupan.

Oleh karena itu, aplikasi Bank Jago dirancang untuk dapat tertanam di berbagai ekosistem digital serta dapat disesuaikan (customized) dan dipersonalisasi (personalized). Hal tersebut dilakukan agar aplikasi kompatibel dengan ekosistem digital dan kebutuhan masing-masing nasabah.

"Maka fitur-fitur aplikasi Bank Jago didesain untuk memenuhi kebutuhan bertransaksi dan menabung secara praktis sesuai dengan cara masing-masing, bersama orang-orang terdekat mereka," kata Tjit Siat Fun.

Pernah terjadi sebelumnya


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :

TOPIK TERKAIT