
Pengamat Ungkap 85 Persen Sumber Daya Mobil Listrik Dikuasai China

Analis Energi Institute of Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) Putra Adhiguna mengungkap 85 persen sumber daya kendaraan listrik dikuasai China. Apalagi, raksasa otomotif Jepang yang menguasai pasar Indonesia belum bergerak ke industri kendaraan listrik.
"Realitanya, 85 persen dari sumber daya berkaitan dengan kendaraan listrik (EV) dimiliki oleh China. Kalau Jepang mau masuk, mereka kemungkinan akan perlu sedikit banyak pertentangan resources hingga pabriknya," katanya di AONE Hotel, Jakarta Pusat, Senin (6/2).
Putra menegaskan selama 10 tahun terakhir, perkembangan mobil listrik didominasi oleh China, Amerika Serikat (AS), dan Eropa.
Sementara, raksasa otomotif Jepang hampir tidak bergerak dan menurutnya ini akan menjadi tren yang sangat mempengaruhi Indonesia.
Ia menyebutkan ada lima produsen yang menguasai 92 persen kendaraan roda empat di Indonesia, yakni Honda, Mitsubishi, Suzuki, Toyota, dan Daihatsu.
Kemudian, 96 persen penguasa industri roda dua adalah Honda dan Yamaha.
"Raksasa otomotif di Indonesia bisa dikatakan hampir tidak bergerak. Mereka bergerak, tetapi menuju ke arah hybrid, kalau full listrik ini rasa-rasanya belum ada pergerakan signifikan," ungkap Putra.
Di lain sisi, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno membenarkan laporan IEEFA yang dipaparkan Putra Adhiguna. Menurutnya, Jepang terhambat dengan sumber daya nikel jika ingin beralih ke kendaraan listrik.
Eddy menegaskan nikel sangat berperan penting terhadap pembuatan baterai kendaraan listrik. Dengan begitu, China lebih diunggulkan karena sudah lebih serius menggarap nikel untuk ekosistem kendaraan listrik.
"Ini mengapa raksasa produsen otomotif Jepang itu sangat sulit atau tersendat-sendat karena mereka tidak punya akses ke baterai, artinya tidak punya akses ke nikel. Yang punya siapa? China," jelas Eddy.
"Produsen-produsen baterai China, di hulunya punya security of supply. Lihat di Sulawesi Tengah, Morowali, di Sulawesi Tenggara, itu semua produsen-produsen nikel China yang membangun smelter," sambungnya.
Oleh karena itu, Eddy mengatakan Jepang akan melakukan loncatan ke blue hydrogen. Jadi, pembangunan ekosistem kendaraan listrik yang bakal digarap Jepang adalah berbasis hidrogen, yang masih membutuhkan riset.