Harga minyak mentah dunia turun sekitar US$1 per barel pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Namun, harga minyak masih bertahan di dekat level tertingginya didukung optimisme pemulihan ekonomi China.
Mengutip Reuters, Selasa (17/1), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun US$1,01 atau setara 1,3 persen ke posisi US$78,85 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent melemah US$1,08 atau 1,3 persen ke level US$84,20 per barel.
Kedua harga acuan minyak tersebut tercatat naik lebih dari 8 persen pada pekan lalu, dan menjadi kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2022. Hal ini menyusul pembukaan kembali perbatasan China pada 8 Januari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Impor minyak mentah ke China naik 4 persen year on year (yoy) di Desember 2022. Bahkan, kini diperkirakan bakal naik kembali menjelang mobilitas tinggi dalam liburan Tahun Baru Imlek.
"Narasi bahwa pertumbuhan China akan menambah permintaan, memainkan peran sangat besar di sini. Mungkin ada permintaan kembali sebanyak satu juta barel per hari," kata Kepala Strategi Pasar Komoditas TD Securities Bart Melek.
Senada, analis ANZ juga mencatatkan pemulihan ekonomi di China. Tingkat lalu lintas di Negeri Tirai Bambu pulih dari rekor terendah setelah pelonggaran pembatasan covid-19 sehingga menghasilkan permintaan lebih kuat untuk produk minyak mentah.
Namun, sentimen positif tersebut terhalang oleh peningkatan kematian akibat covid-19 di negara pimpinan Xi Jinping tersebut. Setidaknya banyak pihak menyoroti hal tersebut selama sepekan.
"Brent sekarang mungkin stabil di kisaran US$85-US$90 per barel, dengan WTI sedikit lebih rendah di sekitar US$80-US$85 per barel," kata Senior Analis Pasar OANDA Craig Erlam.
Di lain sisi, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional akan merilis laporan bulanan minggu ini. Keduanya bakal mengamati dengan seksama indikasi prospek permintaan dan pasokan global.
Investor juga akan mengawasi Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss yang dibuka pada Senin (16/1). Selain itu, investor bakal mengamati pertemuan Bank of Japan pekan ini untuk menentukan apakah akan mempertahankan kebijakan stimulus yang sangat besar atau sebaliknya.