ANALISIS

Rapuh Ketahanan dan Manajemen Pangan RI di Balik Naik Harga Beras

CNN Indonesia
Jumat, 10 Feb 2023 08:04 WIB
Pengamat menyebut kelangkaan dan lonjakan harga bahan pokok, seperti beras, termasuk jelang ramadan dan lebaran menunjukkan ketahanan pangan rendah.
Pengamat meminta pemerintah segera memperbaiki akurasi data dan distribusi sehingga kelangkaan dan lonjakan harga pangan yang sering terjadi bisa segera diatasi. (CNN Indonesia/Adi Maulana Ibrahim).

Di lain sisi, Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Andri Perdana menyebut beras dan minyak goreng adalah komoditas krusial menjelang puasa dan lebaran. Kelangkaan Minyakita menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat atas ketersediaan bahan pangan saat ini.

Padahal, Minyakita sudah menjadi merek favorit masyarakat yang terlanjur pindah dari minyak goreng premium karena lebih ekonomis. Andri mengungkapkan kelangkaan Minyakita terjadi karena stoknya korelatif dengan jumlah ekspor crude palm oil (CPO).

"Minyakita diproduksi dengan jual rugi oleh produsen untuk mendapatkan kuota ekspor. Sehingga ketika ekspor CPO turun karena permintaan dunia yang melemah, maka produksi Minyakita juga ikut turun," tutur Andri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, ketersediaan Minyakita yang rendah di pasaran bakal menjadi tolok ukur masyarakat dalam menilai kelangkaan pangan. Apabila masyarakat beranggapan ketersediaan pangan tidak akan mencukupi kebutuhan, perilaku spekulatif seperti memborong bahan pokok bakal muncul dan memperparah kelangkaan.

Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardian lantas menyoroti soal distribusi pangan. Ia menegaskan kunci stabilitas harga pangan ada di distribusi dan ketersediaan data yang akurat.

Eliza mengatakan sentra produksi pangan yang ada di daerah kerap terkendala cuaca dalam melakukan distribusi pangan. Apesnya, infrastruktur jalan kurang memadai sehingga distribusi terhambat.

"Pemerintah pusat dan daerah bekerja sama untuk menjaga kelancaran rantai pasok bahan pangan. Kelancaran distribusi barang dan informasi dari sentra produksi ini harus dibangun sebaik-baiknya agar tidak terkendala sehingga membuat kelangkaan dan harga menjadi terkerek," jelasnya.

Eliza mengungkapkan sejatinya ketersediaan pangan di daerah cukup berlimpah, tetapi terkendala distribusi. Infrastruktur pendukung yang tidak merata menjadi PR besar Indonesia. Di lain sisi, jalan tol kurang efisien dari segi biaya untuk pengiriman jarak jauh.

Ia menjelaskan bahwa minimnya ketersediaan infrastruktur pendukung menjadi salah satu penyebab tingginya biaya logistik. Eliza merinci saat ini rata-rata biaya logistik Indonesia masih bertengger di angka 25 persen terhadap PDB, lebih tinggi jika dibandingkan dengan Vietnam yang hanya 2 persen, Malaysia 13 persen, Thailand 15 persen, dan Singapura 8 persen.



(skt/agt)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER