Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.204 per dolar AS pada Senin (13/2) sore. Mata uang Garuda melemah 71 poin atau minus 0,47 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah ke posisi Rp15.216 per dolar AS pada perdagangan sore ini.
Mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau bergerak di zona merah. Baht Thailand turun 0,24 persen, yuan China minus 0,18 persen, ringgit Malaysia ambles 0,54 persen, dan won Korea Selatan anjlok 0,64 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelemahan juga dialami peso Filipina 0,38 persen, dolar Singapura minus 0,17 persen dan yen Jepang minus 0,28 persen. Tampak hanya rupee India yang naik 0,01 persen.
Mata uang negara maju juga kompak melemah. Poundsterling Inggris minus 0,17 persen, euro Eropa minus 0,07 persen, franc Swiss minus 0,08 persen, dolar Kanada minus 0,13 persen, dan dolar Australia melemah 0,17 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah diakibatkan oleh kekhawatiran terhadap inflasi Amerika Serikat (AS) bulan ini.
"Investor semakin khawatir tentang laporan inflasi AS minggu ini, yang dapat menunjukkan angka yang lebih tinggi dari perkiraan pasar, yang dapat mengundang lebih banyak pengetatan moneter oleh Federal Reserve," kata Ibrahim dikutip dari riset hariannya.
Karena data terus menunjukkan momentum positif AS, dolar berada pada jalur kenaikan mingguan kedua terhadap enam mata uang. Ibrahim menilai kenaikan ini belum pernah terlihat sejak Oktober.
Selain itu, Kazuo Ueda dilaporkan akan menjadi gubernur Bank of Japan (BOJ) berikutnya. Saat ini, yen Jepang berada di jalur untuk kenaikan mingguan pertamanya versus dolar AS setelah membukukan kerugian selama tiga minggu berturut-turut.