Kronologi Bank Raksasa Credit Suisse di Ambang Kejatuhan

CNN Indonesia
Jumat, 17 Mar 2023 12:24 WIB
Bank raksasa Credit Suisse di ambang kejatuhan usai harga sahamnya anjlok lebih dari 20 persen, rencana PHK hingga pemisahan divisi bisnis.
Restrukturisasi radikal hingga buyback saham. Ilustrasi. (iStock/Filograph).

Manajemen bank menyebut PHK dilakukan demi mengembalikan kondisi bank yang terjebak pada kerugian besar pada kuartal III 2022 sebesar 4,034 miliar franc Swiss, termasuk pembenahan unit perbankan investasinya, dan meningkatkan modal baru.

Bank terbesar kedua di Swiss itu meluncurkan tinjauan strategis untuk mengakhiri serangkaian skandal yang mengguncang lembaga keuangan tersebut. Rencana baru itu dimaksudkan untuk menciptakan bank yang lebih sederhana, lebih fokus, dan lebih stabil.

"Selama 166 tahun, Credit Suisse telah membangun waralaba yang kuat dan dihormati, tetapi kami menyadari bahwa dalam beberapa tahun terakhir kami menjadi tidak fokus," kata ketua Axel Lehmann saat itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan penilaian ulang arah bank termasuk strategi radikal dan rencana eksekusi yang jelas untuk menciptakan bank yang lebih kuat, lebih tangguh dan lebih efisien dengan fondasi yang kuat, fokus pada klien dan kebutuhan mereka.

Lalu, Credit Suisse akan meningkatkan modal senilai 4 miliar franc Swiss melalui penerbitan saham baru kepada investor yang memenuhi syarat, termasuk Bank Nasional Saudi, yang telah berkomitmen untuk berinvestasi hingga 1,5 miliar franc Swiss.

Credit Suisse juga mengatakan akan membeli kembali (buyback) surat utang hingga 3 miliar franc Swiss sebagai upaya untuk menunjukkan kemampuannya dan menenangkan investor.

Kabar ini diembuskan buntut ramainya informasi bank tersebut nyaris bangkrut di media sosial. Credit Suisse disebut-sebut berpotensi gagal bayar utang.

Jajaran eksekutif Credit Suisse sibuk meyakinkan klien dan investor besar mereka soal kesehatan keuangan perusahaan yang diklaim memiliki modal dan likuiditas yang cukup.

Kala itu, Forbes mencatat kinerja perusahaan telah merugi sebanyak empat kali, yakni pada kuartal I 2021 sebanyak US$254 juta, kuartal IV sebesar US$2,085 miliar.

Lalu, pada kuartal I 2022 rugi US$275 juta dan kuartal IV 2022 kembali merugi sebanyak US$1,609 miliar.

Berkaca pada kondisi ini, pasar khawatir Credit Suisse akan senasib Lehman Brothers, raksasa keuangan AS yang bangkrut pada 2008 silam. Masalahnya, kebangkrutan Lehman Brothers saat itu menjadi pemicu krisis keuangan global.

Namun demikian, Credit Suisse dilaporkan masih memiliki capital buffer (bantalan modal) hampir US$100 miliar untuk menutup kerugian. Asetnya yang dikelolanya pun masih US$1,47 triliun per kuartal kedua 2022.

(pta/sfr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER