Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan terdapat kesenjangan tingkat inklusi keuangan yang besar di negara-negara ASEAN, bahkan ada yang hanya mencapai 33 persen.
Inklusi keuangan adalah ketersediaan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan produk atau layanan jasa keuangan di lembaga keuangan formal, seperti transaksi, pembayaran, tabungan, kredit, dan asuransi.
"Beberapa negara ASEAN masih memiliki indeks inklusi finansial yang rendah, yang secara relatif menunjukkan adanya kesenjangan besar antar negara dalam kawasan, ini menurut Global Findex 2021," katanya dalam acara High Level Dialogue (Seminar) on Promoting Digital Financial Inclusion and Literacy for MSMEs di Denpasar, Bali, Rabu (29/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai masih ada disparitas yang sangat lebar dalam indeks inklusi finansial di anggota-anggota ASEAN. Berdasarkan Global Financial Index pada 2021 yang dirilis Bank Dunia, indeks inklusi keuangan di negara ASEAN yang terkecil adalah 33 persen, yakni di Kamboja.
Sementara, yang tertinggi adalah Singapura, yakni sebesar 98 persen, kemudian disusul oleh Thailand sebesar 9 persen. Adapun Indonesia mempunyai indeks inklusi keuangan sebesar 52 persen.
"Rata-rata (ASEAN) sebesar 41 persen, tidak bermakna apa-apa karena besarnya kesenjangan indeks ini," imbuhnya.
Oleh karena itu, bendahara negara tersebut mengatakan eksklusi keuangan masih menjadi tantangan besar dan faktor kritis dalam ekonomi ASEAN. Eksklusi keuangan merupakan sebuah proses di mana seseorang menghadapi kesulitan dalam mengakses atau menggunakan jasa keuangan.
Sri menuturkan di bawah WC-Financial Inclusion (FINC), ASEAN memiliki target menurunkan tingkat eksklusi keuangan dari 44 persen menjadi 30 persen. Dengan begitu, fasilitas-fasilitas inklusi keuangan bisa dibangun secara optimal.
"Hal ini tentunya akan meningkatkan kesiapan dalam infrastruktur inklusi yang perlu dibangun," katanya.
Secara rata-rata tingkat eksklusi keuangan di ASEAN saat ini sebesar 22,62 persen. Memang, angka ini telah melampaui target di bawah 30 persen.
Meski melampaui target, ia mengingatkan untuk tidak berpuas diri. Pasalnya, ASEAN sebenarnya masih memiliki lebih banyak ruang untuk tumbuh dan maju.
(mrh/pta)