Harga Minyak Melesat usai OPEC+ Sepakat Pangkas Produksi

CNN Indonesia
Senin, 03 Apr 2023 08:48 WIB
Harga minyak dunia melonjak sekitar US$5 per barel pada Senin (3/4) menyusul keputusan pemangkasan produksi minyak OPEC+.
Harga minyak dunia melonjak sekitar US$5 per barel pada Senin (3/4) menyusul keputusan pemangkasan produksi minyak OPEC+. Ilustrasi. (Dok. Pertamina).
Jakarta, CNN Indonesia --

Harga minyak mentah dunia melesat sekitar US$5 per barel pada pembukaan Senin (3/4) pagi. Lonjakan terjadi usai pengumuman mengejutkan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak Mentah dan sekutunya (OPEC+) yang akan memangkas produksi sekitar 1,16 juta.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$5,06 atau 6,3 persen ke level tertinggi dalam hampir sebulan saat pembukaan, US$84,95 per barel.

Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah West Texas Intermediate AS (WTI) sebesar US$4,8 ke 6,3 persen ke level tertinggi sejak akhir Januari US$80,47 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemarin, OPEC+ mengguncang pasar dengan mengumumkan pengurangan produksi sekitar 1,16 juta barel per hari mulai April hingga akhir tahun.

Kelompok produsen minyak itu juga diperkirakan mempertahankan keputusan sebelumnya untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari hingga Desember pada pertemuan bulanannya pada awal pekan ini.

Komitmen tersebut membuat total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari menurut perhitungan Reuters, setara dengan 3,7 persen dari permintaan global.

Keputusan itu membuat Goldman Sachs menurunkan perkiraan produksi akhir 2023 untuk OPEC+ sebesar 1,1 juta barel per hari dan menaikkan perkiraan harga Brent menjadi U$95 dan US$100 per barel masing-masing pada tahun 2023 dan 2024.

"Pemotongan kejutan hari ini konsisten dengan doktrin baru OPEC+ untuk bertindak lebih dulu karena mereka dapat melakukannya tanpa kehilangan pangsa pasar yang signifikan," kata Goldman Sachs.

Goldman memperkirakan pengurangan produksi dapat memberikan dorongan 7 persen untuk harga minyak. Selain itu, juga akan mendorong pendapatan minyak Saudi dan OPEC+.

Pemerintahan Biden menilai langkah yang diumumkan oleh OPEC+ tidak bijaksana.

Bulan lalu, Brent jatuh ke US$70 per barel, terendah dalam 15 bulan, di tengah kekhawatiran krisis perbankan global dan kenaikan suku bunga akan menekan permintaan.

"Langkah hari ini, seperti pemotongan Oktober, dapat dibaca sebagai sinyal jelas lain bahwa Arab Saudi dan mitra OPEC akan berusaha untuk mengurangi aksi jual makro lebih lanjut dan bahwa Jay (Jerome) Powell bukan satu-satunya bank sentral yang penting," ujar Analis RBC Capital, Helima Croft.

Menurut Croft, Washington dan Riyadh hanya memiliki target harga yang berbeda untuk inisiatif kebijakan utama mereka."

Analis National Australia Bank mengatakan pengurangan produksi OPEC+ dan pemulihan permintaan dari importir minyak mentah utama China dapat mendorong harga minyak di atas US$100 per barel hingga kuartal ketiga.

Sementara itu, Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) mencatat produksi minyak mentah AS naik pada Januari menjadi 12,46 juta bph, tertinggi sejak Maret 2020.

[Gambas:Video CNN]



(sfr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER