Pendiri PT Kalbe Farma Boenjamin Setiawan sekaligus salah satu orang terkaya di Indonesia meninggal dunia dalam usia 80 tahun pada Selasa (4/4).
Mengutip CNBCIndonesia.com, informasi meninggalnya Boenjamin disampaikan oleh Head External and Stakeholder Relations Kalbe Farma Hari Nugroho.
"Iya benar meninggal dunia," ujarnya Selasa (4/4/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan jenazah Boenjamin saat ini disemayamkan di Rumah Duka Sentosa di RSPAD Gatot Soebroto. Menurut rencana, Boenjamin akan dimakamkan di Sandiego Hills, Sabtu (8/4).
Boenjamin Setiawan merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Mengutip berbagai sumber, Boen pernah jatuh bangun dalam meraih kekayaan itu.
Semua proses diawali setelah ia menyelesaikan studinya. Sebagai informasi, Boen muda merupakan seorang anak yang cerdas.
Ia merupakan lulusan Fakultas Kedokteran UI. Ia menyelesaikan pendidikannya di kampus kuning tersebut pada 1958.
Selepas itu, Boen melanjutkan pendidikan doktoralnya ke Universitas California. Usai menamatkan pendidikannya, ia mengajar di almamaternya.
Pada 1961, ia pernah mencoba mencari pendanaan untuk membiayai penelitian obat kencing manis dan darah tinggi. Pria yang berasal dari keluarga penjual krupuk ini pun mencoba membuat proposal dan mengajukan pendanaan senilai Rp30 juta kepada pengusaha farmasi yang dikenalnya, Wim Kalona.
Wim merupakan pemilik PT Dupa. Namun malang, pengusaha itu menolak proposalnya.
Kepada Boen, pengusaha itu bilang kalau mau membuat penelitian, harus membuat perusahaan sendiri. Dari wejangan pengusaha itulah, pada 1963, Boen bersama dengan beberapa temannya mendirikan perusahaan obat bernama PT Farmindo.
Perusahaan memproduksi salep. Namun, itu hanya mampu bertahan selama 3 tahun saja.
Kurang modal dan kesulitan dalam memasarkan produk membuat perusahaan itu harus gulung tikar di usia yang masih muda.
Boen tidak menyerah. Bersama dengan saudaranya yang juga dokter, Khouw Lip Keng, Khouw Lip Swan dan Kliouw Lip Bing serta temannya ahli farmakologi bernama Jan Tan, ia patungan mendirikan pabrik obat bernama Kalbe Farma.
Jangan dibayangkan pabrik yang didirikan Boenjamin saat itu besar. Pabrik hanya didirikan di sebuah bengkel milik pasien kakaknya di kawasan Jakarta Utara.
Produk obat pertama adalah Bioplacenton. Obat ini mengandung ekstraksi plasenta dan neomycin sulfate yang bisa digunakan untuk obat luka luar, khususnya bakar.
Usaha itu berbuah manis. Produk farmasi dari luar negeri yang kalau itu memiliki harga lebih mahal dibanding lokal menjadi salah satu penunjang usahanya.
Keunggulan itulah yang kemudian mampu dimanfaatkan dengan baik oleh Kalbe Farma di bawah Boen.
Apalagi pada saat bersamaan, ia memiliki keunggulan lain. Posisinya sebagai dokter membuatnya lebih mudah dalam menjajakan produknya.
Setelah itu, produk Kalbe terus berkembang. Beberapa obat produksi Kalbe yang terkenal adalah; Kalpanax, obat pembasmi panu, Puyer 16 Bintang Toedjoe, Promag, Komix, Procold, Mixagrib, Entrostop, Fatigon.
Selain itu ada juga Woods, Extra Joss, Bejo Sujamer, Diabetasol dan lain-lainnya. Kesuksesan itu telah membuat Kalbe tumbuh menjadi salah satu perusahaan produk kesehatan terbesar di Asia Tenggara.
Nilai kapitalisasi pasar Kalbe saat ini tembus Rp60,7 triliun. Perusahaan juga telah berhasil memberikan lapangan kerja bagi 17 ribu orang.
(mrh/agt)