China mencatatkan pertumbuhan domestik bruto (PDB) sebesar 4,5 persen pada kuartal pertama 2023. Angka itu melebihi perkiraan para ekonom, yakni 4 persen.
Perekonomian China mulai solid di awal 2023 karena konsumen menghabiskan banyak uang setelah tiga tahun pembatasan covid-19 yang ketat telah berakhir.
Namun, investasi swasta hampir tidak bergerak dan pengangguran kaum muda melonjak. Ini menunjukkan bahwa pengusaha sektor swasta di negara itu masih waspada terhadap prospek jangka panjang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kombinasi antara peningkatan kepercayaan konsumen yang stabil serta pelepasan permintaan tertahan yang masih belum sepenuhnya terlaksana menunjukkan bahwa pemulihan yang dipimpin oleh konsumen masih memiliki ruang untuk bergerak," ujar ekonom Oxford Economics Louise Loo, dikutip dari CNN Business, Selasa (18/4).
Sementara itu, kinerja industri juga menunjukkan peningkatan yang stabil di mana naik menjadi 3,9 persen pada Maret. Ini lebih tinggi dibandingkan pada Januari dan Februari, yakni sebesar 2,4 persen.
Tahun lalu, PDB China hanya tumbuh 3 persen. Hal ini tidak terlepas dari aturan Beijing untuk melakukan pembatasan akibat covid-19 yang ujungnya mengganggu rantai pasokan dan menghantam belanja konsumen.
Setelah protes massal melanda China dan pemerintah daerah kehabisan uang tunai untuk membayar tagihan covid-19 yang sangat besar, pihak berwenang akhirnya membatalkan kebijakan nol-covid pada Desember lalu. Perekonomian kemudian mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Bulan lalu, aktivitas non-manufaktur melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari satu dekade, mengindikasikan sektor layanan penting negara sedang mengalami manfaat dari kebangkitan daya beli konsumen setelah berakhirnya pembatasan pandemi.
Seiring pemulihan ekonomi yang semakin kuat, bank investasi dan organisasi internasional telah meningkatkan proyeksi pertumbuhan China untuk tahun ini.
Dalam Outlook Ekonomi Dunia yang dirilis minggu lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan China sedang membaik dengan kuat, setelah membuka kembali ekonominya. Perekonomian Tiongkok diprediksi akan tumbuh sebesar 5,2 persen tahun ini dan 5,1 persen pada tahun 2024.
Namun, beberapa analis percaya pertumbuhan ekonomi China yang kuat pada kuartal pertama adalah hasil dari 'backloading' aktivitas ekonomi dari kuartal keempat 2022 yang terbebani oleh pembatasan pandemi.
"Pandangan inti kami adalah bahwa ekonomi Tiongkok mengalami deflasi," kata Raymond Yeung, kepala ekonom untuk Tiongkok Raya di ANZ Research.
(fby/pta)