Rektor ITB Ahmad Dahlan (ITB AD) Jakarta Mukhaer Pakkanna meragukan kapasitas manajemen Bank Syariah Mandiri (BSI). Hal ini ia ungkapkan gangguan layanan di bank syariah tersebut yang berlangsung sejak Senin (8/5) hingga kini.
Ia lantas mengungkit target BSI untuk masuk daftar 10 bank syariah terbesar dunia dan 5 besar di Tanah Air.
"Dengan kejadian ini, akhirnya kami mulai ragu terhadap kapasitas manajemen BSI. Sebagai bagian komponen umat, masalah ini harus segera dituntaskan, secepatnya, karena bagian dari ikhtiar dan jihad kita semua," kata Mukhaer dalam keterangan resmi, Kamis (11/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pimpinan di salah satu amal usaha Muhammadiyah (AUM) yang memiliki ratusan dosen, karyawan, dan staf serta mitra yang bertransaksi dengan BSI, ia resah melihat gangguan berlarut ini. Mukhaer mendapat banyak laporan dosen dan mitranya tidak bisa bertransaksi. Padahal gaji, upah, honor mereka mengandalkan BSI.
"Banyak di antara mereka adalah nasabah ultramikro, mikro, dan kecil, bahkan berpenghasilan rendahan. Padahal mereka memiliki anak, saudara, dan keluarga yang butuh pembayaran. Berapa kerugian mereka? Berapa dampak sosial dan psikologis mereka akibat tidak bisa bertransaksi? Sampai kapan mereka hilang kesabarannya?" kritik Mukhaer.
Ia juga kecewa lantaran manajemen BSI tidak transparan menjelaskan perihal gangguan ini. Bahkan, pihak pemerintah sebagai inisiator pendirian BSI, diam seribu bahasa. Begitu juga Kementerian BUMN sebagai operator penggabungan tiga bank syariah untuk membentuk BSI.
"Mereka semua hanya 'mengambinghitamkan' para hacker atau pelaku serangan siber, sehingga berdampak down-nya sistem transaksi. Manajemen BSI hanya ngomong akan diselesaikan bertahap," ujarnya.
"Padahal mereka digaji tinggi, dihonor besar, dan pelbagai fasilitas yang diterima dari nasabah-nasabah kecil dan miskin. Kalau mereka tidak memiliki rasa malu, pasti akan terus menerus mencari kambing hitam dan tidak mau tanggungjawab serta tidak akan mau mengalkulasi berapa besar kerugian finansial, sosial, dan psikologis nasabah," imbuhnya.
Layanan perbankan BSI sendiri error sejak Senin (8/5) lalu. Sejumlah nasabah pun mengeluhkan tidak bisa mengakses aplikasi mobile banking maupun ATM.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mengklaim gangguan layanan di ATM dan mobile banking (m-banking) mereka yang terjadi sejak Senin (8/5) lalu sudah teratasi. Dengan kondisi itu, nasabah sudah bisa bertransaksi secara normal seperti biasa Kamis sore ini.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan proses normalisasi BSI telah dilakukan dengan baik. Pihaknya juga memprioritaskan keamanan dana dan data nasabah di bank tersebut.
"Kami duga ada dugaan serangan siber sehingga kami harus melakukan temporary switch off chanel, dugaan serangan siber perlu pembuktian lebih lanjut melalui audit dan digital forensik. Alhamdulillah hari ini 11 Mei seluruh layanan cabang, ATM, mobile banking sudah kembali normal," ucap Hery.
Meskipun diklaim sudah normal sepenuhnya, sejumlah nasabah masih mengeluhkan adanya gangguan pada m-banking mereka. Nasabah hanya bisa melihat saldo, tetapi tetap belum bisa bertransaksi.
(pta/agt)