Kementerian Koordinator bidang Perekonomian mencatat 80 persen kebutuhan susu dalam negeri berasal dari impor.
Deputi II Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan selain produk susu, dairy product hingga bawang putih juga masih impor.
"Bawang putih 80 persen kita masih harus datangkan dari luar, dan lainnya adalah dairy, susu, 80 persen kebutuhan susu masih harus datangkan dari luar," kata Musdhalifah Machmud di acara Gerakan Pangan Murah Serentak, Senin (26/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Musdhalifah mengatakan 20 persen kebutuhan gula konsumsi dan 100 persen kebutuhan gula untuk industri makanan dan minuman berasal dari impor.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan total pangan yang diimpor saat ini cenderung bertambah dibanding pada 2004.
Misalnya impor gandum naik dari 2 juta ton sampai 4 juta ton menjadi 13 juta ton, impor gula dari 1 juta ton sampai 2 juta ton naik menjadi 5 juta ton, impor garam kurang dari 1 juta ton naik jadi 3 juta ton, dan impor buah-buahan 50 ribu ton naik jadi hampir 1 juta ton.
"Oleh karena itu saya minta arahan pak presiden, apakah boleh mengendalikan impor. Dengan dikendalikan impor, maka diharapkan produksi dalam negeri bisa meningkat," kata Zulhas.
Lihat Juga : |
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejumlah pangan impor naik pada Mei 2023, termasuk buah segar. Berdasarkan data BPS, impor buah leci segar sebesar US$2,26 juta pada Mei 2023. Kemudian kiwi segar sebesar US$1,80 juta dan grape atau anggur segar sebesar US$1,38 miliar.
Tak hanya buah, BPS juga mencatat impor sapi dan dan kambing atau domba hidup juga naik. Impor sapi hidup pada Mei 2023 naik sekitar 4,42 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Sedangkan, untuk kambing atau domba impor tercatat US$129,93 ribu pada Mei 2023. Persentase kenaikannya tak tercatat, karena pada bulan sebelumnya tidak ada impor kambing atau domba hidup.